sapi bali |
Konsumsi daging sapi akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, pendapatan perkapita, kesejahteraan masyarakat dan kesadaran akan pentingnya protein hewani. Upaya untuk meningkatkan produksi daging sapi yang paling penting adalah menyelesaikan titik pangkal dari konsumsi itu sendiri, yaitu tersedianya barang yang akan dikonsumsi. Keseimbangan antara jumlah kelahiran sapi dan jumlah pemotongan sapi menjadi sumber utama permasalahan tersebut. Pemerintah tidak boleh terus menerus melakukan import untuk memenuhi kebutuhan daging di dalam negeri, karena dapat mematikan produksi dalam negeri. Daging sapi harus bisa disediakan dari dalam negeri melalui pembibitan dan pengelolaan usaha sapi potong.
Usaha pengembangan sapi potong harus didukung oleh sistem pembibitan yang ideal terutama pada tingkat peternak. Sapi yang dibudidayakan harus mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan peternak serta pakan yang tersedia di tempat tersebut. Sapi lokal yang dapat dikembangkan untuk menjawab permasalahan tersebut adalah Sapi Bali (Bos Sondaicus).
Sapi bali merupakan hasil domestikasi banteng yang terjadi di bali. Sapi bali ini memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan sapi import antara lain : mudah beradaptasi dengan wilayah yang baru, memiliki angka kelahiran yang tinggi, memiliki prosentasi berat karkas 51,5% - 59,8% , dan memiliki efisiensi pakan 9,8%. Sapi bali ini memiliki ciri khas yaitu bulu halus, mengkilap, warna bulu merah coklat atau kuning coklat dengan warna putih setengah lingkaran di bagian pantat dan kaki di bagian bawah, warna hitam dari gumba hingga pangkal ekor. Pada sapi jantan yang telah berumur lebih dari 1,5 tahun warna cokelat akan berubah menjadi hitam. Sapi jantan dewasa bis memiliki berat badan 300-400 Kg, dengan tinggi badan kurang lebih 130 cm. Sedangkan sapi bali betina memiliki berat badan antara 250-300 Kg. Pada umur 6-8 tahun bisa mencapai berat badan hingga 450 Kg.
Memang jika melihat kondisi di lapang, terutama di pedagang sapi di pasar ternak yang berada di setiap daerah. Sapi bali kurang dilirik oleh peternak karena bentuknya yang lebih kecil dibandingkan dengan sapi import seperti simental dan limousin. Tetapi sapi bali memiliki keunggulan dalam harga yaitu lebih murah. Jika peternak ingin mencoba menggenukkan tau beternak sapi dengan modal yang terbatas maka bisa mencoba ternak sapi bali, selain sapi bali ini sangat adaftif terhadap lingkungan baru sapi bali juga memiliki keunggulan dalam konsumsi pakan yeng terbilang lebih mudah dibandingkan dengan sapi jenis import.
Kebanyakan peternak tradional di desa masing sering mengalami kesalahan dalam pemeliharan sapi untuk pembibitan/ memlihara sapi bali betina untuk dikembangkan. Ketika sapi bali sudah memasuki waktu birahi, maka peternak akan memanggil manteri hewan untuk melakukan proses inseminasi buatan, bibit yang dimasukkan sering tidak sesuai dengan indukan. Jadi sapi bali kebanyakan di IB dengan menggunakan bibit simental atau ongole. Karena adanya keinginan mendapatkan sapi yang lebih besar atau menyerupai simental yang harga jualnya lebih mahal apalagi jika anaknya berjenis kelamin jantan. Kebiasan kurang tepat ini yang dapat menyebabkan kemurnian dari anakan sapi bali terganggu, bahkan fertilitasnya juga bisa terganggu. Jika yang dilahirkan anakan betina maka untuk hamil akan sulit. Untuk mendapatkan bibit sapi bali yang baik harus mengacu pada Standar Nasional Indonesia yang telah direkomendasikan oleh Badan Standarisasi Nasional yaitu SNI 7355 : 2008. Standar mutu bibit ini dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatkan jaminan kualitas atas bibit ternak bali tersebut.
Selain persoalan di atas, ada persoalan yang lain yaitu usaha penggemukan sapi bali yang dilakukan peternak masih menggunakan cara tradisional. Dengan kondisi kualitas dan kuantitas pakan masih rendah, tidak memberikan pakan penguat (konsentrat) atau jumlah yang diberikan kurang sesuai, dan sistem pemeliharaan yang kurang baik , sehingga hasil yang didaptkan menjadi kurang optimal. Berukut adalah beberapa hal yang harus diperhatikan agar produksi sapi bali dapat lebih optimal :
contoh kandang sapi |
1. Kandang
Pemeliharaan sapi bali dapat dilakukan di dalam kandang, cara ini disebut dengan kereman (Dry lot fattening), sapi bali di pelihara dalam kandang secara terus menerus. Ada beberapa persyaratan yang harus di perhatikan dalam pembuatan kandang untuk sapi bali. Persyaratan tersebut antara lain dari segi teknis, ekonomi, kesehatan kandang (ventilasi dan pembuangan kotoran), efisien pengelolaan dan kesehatan lingkungan di sekitarnya.
Dari persyaratan diatas maka perlu memperhatikan : yang pertama adalah pemilihan lokasi kandang antara lain : tersedia air untuk kebutuhan minum ternak memandikan ternak dan membersihkan kandang, kandang harus dekat dengan sumber pakan, transportasi ke kandang mudah terutama untuk pengadaan pakan dan pemasaran ternak. Yang ke dua adalah letak bangunan kandang, hal yang harus diperhatikan adalah : areal kandang dapat diperluas, memiliki permukaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi sekelilingnya yang bertujuan untuk memudahkan pembuangan kotoran dan air , tidak berdekatan dengan bangunan umum dan rumah (minimal berjarak 10 meter), tidak mengganggu kesehatan lingkungan, agak jauh dari jalan umum, dan air limbah dapat tersalur dengan baik. Yang ke tiga adalah konstruksi bangunan, hal yang perlu diperhatikan adalah konstruksi kandang harus kuat, mudah dibersihkan, mempunyai sirkulasi udara yang baik, tidak lembab, memiliki tempat penampungan kotoran dan drainasenya baik. Pada daerah dataran tinggi, model kandang dibuat lebih tinggi pada bagian dindingnya/ agak tertutup, kegunaannya agar ternak terlindungi dari cuaca dingin. Sedangkan untuk dataran rendah bentuk kandang lebih terbuka.
Bahan kandang yang digunakan disesuaikan dengan kemampuan ekonomi dan tujuan ekonomi dalam waktu jangka panjang menengah dan pendek, jumlah ternak, dan mempergunakan bahan-bahan lokal. Pemilihan bahan kandang hendaknya bisa tahan hingga 5-10 tahun. Type kandang dapat berupa kandang kelompok, tanpa sekat (2m2per ekor) atau kandang individual yang disekat sekat dengan kayu, bambu atau besi. Ukuran setiap ekor sapi adalah panjang 3 meter dan lebar 1,15 meter. Lantai dapat terbuat dari cor agar dalam membersihkannya lebih mudah. Tempat pakan ukuran lebar 50 cm dalam 30 cm dan panjang 60 cm dan terletak 0,5 meter dari permukkaan tanah. Ukuran kandang dapat disesuaikan dengan kondisi lapangan, yang terpenting bahwa kandang tersebut dapat membuat sapi nyaman.
2. Pakan
Pakan yang diberikan pada sistem kereman (Dry lot fattening), yaitu berupa pakan /ransum yang mengutamakan pakan biji-bijian misalnya jagung, sorgum dan lain-lain. Pakan ini diformulasikan dalam pakan konsentrat dan penambahan mineral. Khusus pada sistem pemeliharaan sapi penggemukan , pemberian pakan konsentrat maksimal 60% dari ransum. Sedangkan pemberian pakan hijauan dibatasi yaitu berkisar 10% bahan kering dari berat badan (BB) setiap hari. Pemberian konsentrat setiap hari berkisar antara 1%-2% dari berat badan (BB). Contoh komposisi pakan hijauan yang dapat diberikan pada saat panen jagung adalah : daun jagung (jerami jagung) 70% ditambah rumput gajah 30%.
Teknik pemberian ransum pada sapi yang digemukkan baik ransum hijauan maupun konsentratnya perlu diatur agar tercapai hasil yang memuaskan. Pemberian konsentrat dua jam sebelum waktu pemberian hijauan akan meningkatkan kecernaan bahan kering dan bahan organik yang terkandung dalam ransum, karena mikroba rumen akan mencerna konsentrat lebih dulu diripada hijauan apabila keduanya diberikan secara bersamaan. Pemberian ransum sapi yang baik adalah 3 kali sehari : pagi, siang dan malam hari. Karena hijauan di berikan terpisah dengan konsetrat maka sapi dalam waktu 24 jam mendapatkan pemberian pakan sebanyak 6 kali. Pemberian mineral garam dan air dilakukan setiap hari, disediakan penuh di kandang (adlibitum).
Kalau dilihat dari jenisnya, pakan yang diberikan kepada ternak ada dua macam yaitu pakan penguat (konsentrat) dan pakan hijauan. Pakan hijauan dapat diberikan dalam bentuk diawetkan atau olahan.
a. Pakan penguat (konsentrat). Pakan penguat adalahbahan pakan ternak sebagai sumber protein dan atau energi untuk ditambahkan ke dalam ransum ternak. Pakan ternak memiliki daya cerna yang tinggi, dapat berupa campuran beberapa bahan pakan atau dapat juga merupakan bahan pakan tunggal, antara lain : dedak padi, jagung, gandum, bekatul, bungkil kelapa, onggok, ampas tahu, tepung ikan, pollard.
b. Pakan hijauan. Pakan hijauan adalah bagian tanaman atau tumbuhan termasuk hasil samping tanaman pertanian yang kaya serat dan lazim digunakan sebagai pakan. Pemberiannya bisa dalam bentuk segar atau dalam bentuk awetan atau olahan. Pakan hijauan antara lain dapat berupa tanaman kacang-kacangan, rumput-rumputan, jerami padi, jerami jagung, dll. Salah satu pakan ternak unggul adalah rumput gajah dan rumput odot. Rumput-rumputan mengandung karbohidrat yang tinggi (selulosa, hemiselulosa, dan lignin) yang lebih banyak daripada kacang-kacangan. Sedangkan kacangg-kacangan mengendung lebih banyak protein , pektin dan mineral (Ca, Mg, S dan Cu) oleh karena itu dalam pemberinnya perlu dikombinasikan.
Pada beberapa pakan hijauan dari jenis kacang-kacangan pemberiannya terlebih dahulu harus dilayukan. Ternak yang belum terbiasa dengan kacang-kacangan perlu dipuasakan terlebih dahulu selama 1 hari dan tetap diberi air minum, kemudian dapat diberikan kacang-kacangan yang telah dilayukan. Untuk selanjutnya dapat langsung diberikan tanpa dipuasakan lagi. perbandingan rumput dan kacang-kacangan dalam satu hari adalah 70% rumput dan 30% kacang-kacangan.
Hijauan pakan ternak dalam bentuk awetan juga bisa diberikan kepada ternak biasanya di olah menjadi hay, silase, amoniasi.
3. Penanganan kesehatan hewan
Beberapa gangguan kkesehatan yang sering terjadi pada ternak antara lain :
a. Cacingan : gejala penyakit cacingan pada sapi antara lain : tubuh kurus, nafsu makan kurang, bulu kusam, tidak agresif. Cacingan dapat dicegah dan diobati dengan pemberian obat cacing sesuai dengan petunjuk yang tertera di label. Untuk pencegahan obat cacing bisa dilakukan setiap tiga bulan. Pengobatan secara tradisional dapat menggunakan bahan bahan : biji lamtoro (petai cina) yang sudah kering 20 gram, temu hitam 1 rimpang, tempe busuk 2 potong, terasi 1 jari, dan garam dapur halus 1 sendok makan. Cara pembuatannya yaitu dengan menggoreng biji lamtoro tidak sampai hangus. Tumbuh temu hitam, terasi dan tempe busuk sampai halus. Campurkan bahan hingga merata, tambahkan air secukupnya dan diminumkan kepada sapi. Cara ini untuk mengobati seekor anak sapi.
b. Caplak adalah gangguan penyakit parasit luar yang dapat menyebabkan sapi menjadi kurus, kurang nafsu makan dan dapat mengakibatkan kematian. Kutu caplak menghisap darah sapi, siklus hidupnya dapat diputus dengan melakukan penyemprotan super metrin setiap dua bulan sekali.
c. Kuku busuk adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman yang hidup di sela-sela kuku dalam rentan waktu yang cukup lama, sehingga apabila terjadi luka maka akan terjadi infeksi yang menyebabkan sela-sela kuku menjadi busuk dan kaki menjadi pincang. Pengobatan dapat dilakukan dengan cara membersihkan bagian yang luka kemudian direndam dengan larutan antiseptik (alkohol, betadin, formalin). Sementara pengobatan dari dalam dapat dilakukan dengan penyuntikan anti biotik intra muskuler.
d. Kembung perut (bloat) . disebabkan adanya gas berlebih dalam rumen dan tidak dapat keluar. Biasanya karena ternak mengkonsumsi rumput yang basah, terlalu banyak diaberikan hijauan kacang-kacangan dan pakan dari serat kasar yang rendah. Pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian anti kebung oral.