kedelai siap paanen |
BAB I
PENGENALAN VARIETAS UNGGUL KEDELAI
A. Pengertian Varietas Unggul
1. Varietas
Sekelompok tanaman dari sutau jenis atau spesies yang ditandai oleh bentuk tanaman, pertumbuhan tanaman, daun, bunga, buah, biji dan ekspresi karakteristik genotipe atau kombinasi genotipe yang dapat membedakan dari jenis atau spesies yang sama oleh sekurang-kurangnya satu sifat yang menentukan dan apabila diperbanyak tidak mengalami perubahan.
2. Kultivar
Kultivar berasal dari bahasa Inggris cultivar (cultivated variety) atau varietas tanaman yang dibudidayakan. Dengan demikian istilah kultivar adalah sama dengan istilah varietas.
3. Varietas lokal
Varietas yang telah ada dan dibudidayakan secara turun temurun oleh petani serta menjadi milik masyarakat dan dikuasai Negara.
4. Varietas unggul
Galur hasil pemuliaan yang mempunyai satu atau lebih keunggulan khusus seperti potensi hasil tinggi, tahan hama, penyakit, dan toleran terhadap cekaman lingkungan, mutu produk, dan atau sifat-sifat lainnya, serta telah dilepas oleh pemerintah.
B. Karakteristik Varietas Unggul
1. Botani
Kedudukan kedelai dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Devisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Polypetales
Famili : Leguminosa
Sub Famili : Papilionoideae
Genus : Glysin
Species : Glycine max (L) Merill.
2. Morfologi
Susunan tubuh kedelai terdiri atas dua macam alat organ utama yaitu vegetatife dan generatif.
Organ vegetatif meliputi:
- akar
- batang
- daun
Organ generatif meliputi:
- bunga
- buah
- biji
Struktur akar tanaman kedelai terdiri atas akar lembaga (radikula), akar tunggang (radix primaria), dan akar cabang (radix lateralis) berupa akar rambut. Akar kedelai memiliki kemampuan membentuk bitil akar (nodul).
Bintil-bintil akar bentuknya bulat atau tidak beraturan yang merupakan koloni dari bakteri Rhizobium japonicum. Bakteri ini bersimbiosis dengan nitrogen bebas dari udara. Jumlah nitrogen yang dapat ditambat bakteri ini berkisar 40-70% dari seluruh nitrogen yang dibutuhkan tanaman.
Kedelaiberbatang semak yang dapat mencapai ketinggian antara 30 - 100 cm. Batang beruas-ruas dan memiliki percabangan antara 3 -6 cabang.
Tipe pertumbuhan kedelaidibedakan 3 macam, yaitu:
- Tipe determinate
- Tipe semi determinate
- Tipe indeterminate
Tipe determinate (Gambar. 1), memiliki ciri antara lain:
- Ujung batang tanaman hampir sama besarnya
- Pembungaan serentak
- Tinggi tanaman termasuk kategori pendek sampai sedang
- Daun paling atas ukurannya samabesar dengan daun bagian tengah
Tipe indeterminate (Gambar.2), mempunyai ciri antara lain:
- Ujung tanaman lebih kecil dari ujung tengah
- Ruas batangnya panjang panjang, dan agak melilit
- Pembungaan berangsur-angsur dimulai dari bawah
- Pertumbuhan vegetatif terus menerus berlangsung
- Tinggi batang termasuk kategori sedang sampai tinggi
- Ukuran daun paling atas lebih kecil dibandingkan dengan daun bagian tengah
Tipe semi-determinate mempunyai ciri antara dua tipe diatas. Daun kedelai mempunyai ciri antara lain helai daun (lamina) oval dan tata letaknya pada tangkai daun bersifat majemuk berdaun tiga (trifoliatus).
C. Deskripsi Varietas Unggul
Penjelasan tertulis mengenai proses pemuliaan tanaman sehingga dihasilkan suatu varietas tanaman baru yang mencakup asal-usul atau silsilah, ciri-ciri morfologi dan sifat-sifat penting lainnya.
Sifat atau karakter merupakan penampilan dari gen yang tampak pada suatu fenotipe (varietas kedelai). Terdapat dua macam sifat yaitu sifat kualitatif dan sifat kuantitatif. Sifat kualitatif, merupakan sifat yang mudah dibedakan dan dikendalikan oleh gen sederhana. Contohnya adalah warna hipokotil, warna bunga, warna bulu dan sebagainya. Sifat kuantitatif adalah sifatnya berderajat dan umumnya tidak dikendalikan oleh gen sederhana. Contohnya adalah tinggi tanaman, umur masak, hasil biji dan sebagainya.
Sifat yang mudah digunakan sebagai pembeda varietas adalah sifat kualitatif. Adapun karakter dan deskripsi beberapa varietas kedelai dapat dilihat pada Tabel.1.
Tabel.1. Karakter dan Diskrepsi Beberapa Varietas Kedelai
No. | Umur hari | Karakter | Deskripsi | Contoh Varietas |
1 | 12 | Warna hipokotil | Hijau | Panderman |
Ungu | Kaba, Sinabung | |||
2 | 12 | Intens antosianin hipokotil | Tidak ada | - |
Kecil | - | |||
Cukup | Argomulyo, Ijen | |||
Kuat | Dieng, Tidar, Wilis | |||
Sangat kuat | Rinjani, Cikuray | |||
3 | 60 | Batang : tipe tumbuh | Determinate | Panderman, Ijen |
Semi-determinate | Menyapa. Lawit | |||
Semi – indeterminate | No 27 | |||
Indeterminate | No 29 | |||
4 | 60 | Batang : bentuk percab | Tegak | Panderman |
Agak tegak-tegak | Ijen | |||
Agak tegak | Wilis, Kaba | |||
Horisontal-agak tegak | - | |||
Horisontal | - | |||
5 | 60 | Batang : warna bulu batang | Putih | Anjasmoro |
Coklat muda | Wilis, Ijen | |||
Coklat tua | Rinjani | |||
6 | 75 | Batang : tinggi tanaman | Sangat pendek | - |
Pendek | Argomulyo | |||
Sedang | Argopuro | |||
Agak tinggi | Wilis, Anjasmoro | |||
Tinggi | Ratai, Seulawah | |||
7 | 60 | Daun : tk cekungan daun | Datar (tidak cekung) | Tanggamus |
Agak cekung | Ijen | |||
Cekung | Seulawah | |||
Agak cembung | Orba, Leuser | |||
Cembung | Anjasmoro, Gumitir | |||
8 | 60 | Daun : bentuk | Lanseolat (lancip) | Argopuro |
Triangular | Krakatau | |||
Pointed ovale | Sinabung, Ijen | |||
Rounded ovale (bulat) | Kawi, Panderman | |||
9 | 60 | Daun : ukuran | Kecil | Dieng |
Medium | Wilis, Kaba | |||
Lebar | Anjasmoro | |||
10 | 60 | Daun : intensitas hijau daun | Hijau muda | Petek, Lompobatang |
Hijau | Kaba, Sinabung | |||
Hijau tua | Rinjani, Cikuray | |||
11 | 35 | Bunga : warna | Putih | Menyapa |
Ungu | Wilis, Kaba, Ijen | |||
12 | 75 | Polong : intensitas coklat | Kuning | Kerinci, Burangrang |
Coklat muda | Anjasmoro | |||
Coklat | Kaba, Sinabung | |||
Coklat tua | Argomulyo | |||
13 | 85 | Biji : ukuran | Kecil <10 biji="" g="" span="">10> | Krakatau, Menyapa |
Medium | Kaba, Sinabung | |||
Besar (>14 g/100 biji) | Panderman | |||
14 | 85 | Biji : bentuk | Spherical | Petek, Kawi |
Spherical flattened | Orba, Argopuro | |||
Elongated | Wilis, Kaba, Ijen | |||
Elongated flattened | Tidar | |||
15 | 85 | Biji : warna kulit biji | Kuning muda | Argomulyo |
Kuning | Burangrang | |||
Kuning tua | - | |||
Kuning hijau | Gumitir, Ratai | |||
Hijau kuning | Tidar, Seulawah | |||
Coklat muda | - | |||
Coklat | - | |||
Coklat tua | - | |||
Hitam | Cikuray | |||
16 | 85 | Biji : perubahan kulit biji pada perlakuan peroksidase | Tidak ada | - |
Ada | - | |||
17 | 85 | Biji : kecerahan kulit biji | Tidak mengkilap | Panderman |
Mengkilap | Ijen | |||
18 | 85 | Biji : warna kotiledon | Putih | Kaba, Panderman |
Hijau | - | |||
19 | 85 | Hilum : warna | Putih | Cikuray |
Kuning | - | |||
Coklat muda | Anjasmoro | |||
Coklat tua | Wilis, Ijen | |||
Agak hitam | - | |||
Hitam | - | |||
20 | 85 | Hilum : warna funicle | Sama dengan kulit | - |
Berbeda dengan kulit | Kaba, Ijen | |||
21 | 23-40 | Umur berbunga 50% | Sangat genjah (<25 hr="" span="">25> | - |
Genjah (25-30 hr) | Petek | |||
Medium (31-35 hr) | Ijen, Argopuro | |||
Dalam (35-40 hr) | Slamet | |||
Sangat dalam (>40 hr) | Menyapa | |||
22 | 70-90 | Umur masak | Sangat genjah (<70 hr="" span="">70> | Petek, Tidar |
Genjah (70-79hr) | Baluran | |||
Medium (80-85 hr) | Ijen, Argopuro | |||
Dalam (86-90) | Sibayak | |||
Sangat dalam (>90 hr) | Ratai, Seulawah |
BAB II
BENIH BERMUTU
A.Ciri-Ciri Benih Bermutu
Benih kedelai yang digunakan, pada dasarnya harus benih yang baik dan bermutu tinggi. Benih yang baik dan bermutu tinggi akan menjamin pertanaman yang bagus dan hasil panen yang tinggi. Dan ini dicerminkan oleh tingginya tingkat keseragaman biji, daya tumbuh dan tingkat kemurnian.
Ciri-ciri benih bermutu yaitu sebagai berikut :
1) Murni dan diketahui nama varietasnya
2) Berdaya kecambah tinggi, >80%
3) Vigor baik, pertumbuhan benih serentak, cepat dan sehat
4) Benih sehat, bernas, tidak keriput atau luka bekas gigitan serangga (hama), bebas penyakit
5) Bersih tanpa campuran benih lain
6) Benih masih baru (< 6 bln)
7) Kadar air 12 % - 13 %
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi mutu benih adalah :
1) Faktor bawaan (kemurnian varietas)
2) Faktor fisiologis dan fisik benih
a) Tingkat kematangan benih.
b) Benih harus dipanen dari tanaman yang sudah matang benar.
c) Tingkat kerusakan mekanis benih.
d) Tingkat keusangan benih yaitu hubunan antara vigor awal benih dengan lamanya benih simpan.
e) Patogen pada benih, terutama soybean mosaic virus (SMV) serta penyakit virus lainnya.
f) Ukuran dan berat jenis benih
g) Komposisi kimia benih
3) Faktor lingkungan
a) Musim tanam
b) Kultur teknik
c) Waktu panen
d) Cara tanam
4) Faktor perlakuan pasca panen
a) Cara penimbunan serta lamanya penimbunan brangkasan sebelum pengeringan dan pembijian
b) Cara pengeringan
c) Keseragaman dan kesehatan benih sebelum disimpan
d) Cara pengepakan, khususnya volume dan jenis kemasan
e) Suhu dan kelembaban tempat penyimpanan
f) Lama, cara dan proses pengangkutan benih
B. Klasifikasi Benih Bermutu
Untuk mengetahui kelas-kelas benih supaya dapat memilih benih dengan tepat sesuai dengan tujuan menanam kedelai, apakah untuk tujuan konsumsi atau produksi benih, maka berdasarkan mutu genetik, benih kedelai dikelompokkan menjadi 4 (empat) kelas benih kedelai, yaitu :
1) Benih Penjenis (BP) atau Breeder Seed (BS)
BP atau BS adalah benih yang diproduksi dibawah pengawasan pemulia tanaman dengan prosedur baku yang memenuhi sertifikasi mutu sehingga tingkat kemurnian genetik terpelihara. Label berwarna kuning.
2) Benih Dasar (BD) atau Foundation Seed (FS)
BD atau FS adalah benih yang berasal dari Benih Penjenis atau Benih Dasar, yang diproduksi di bawah bimbingan yang intensif dan pengawasan yang ketat hingga kemurnian varietas terpelihara. Benih dasar diproduksi oleh produsen benih, seperti Balai Benih Induk (BBI), Balai Benih Utama (BBU), Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), perusahaan benih BUMN, swasta atau penangkar profesional, dan pengendalian mutunya melalui sertifikasi oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) atau Sistem Manajemen Mutu Benih. Benih dasar digunakan untuk perbanyakan benih pokok. Label berwarna Putih
3) Benih Pokok (BP) atau Stock Seed (SS)
BP atau SS adalah benih yang berasal dari keturunan Benih Penjenis atau Benih dasar yang diproduksi lebih banyak dengan pengawasan yang teliti sehingga mutu dan kemurniannya terpelihara. Benih pokok diproduksi oleh produsen atau penangkar benih dan pengendalian mutunya melalui sertifikasi oleh BPSB atau Sistem Manajemen Mutu Benih. Dibandingkan dengan benih padi dan jagung, harga benih kedelai relatif murah dan proses produksinya relatif lebih sulit. Hal ini menjadi salah satu penyebab tidak atau belum berkembangnya sistem penangkaran benih kedelai. Label berwarna Merah
4) Benih Sebar (BS) atau Extension Seed (ES)
BS atau ES adalah keturunan benih penjenis, benih dasar atau benih pokok yang diproduksi secara baik dalam jumlah yang banyak sehingga identitas dan tingkat kemurnian varietasnya terpelihara. Benih Sebar adalah benih yang siap untuk ditanam oleh petani produsen. Label berwarna Biru
BAB III
DAYA ADAPTASI VARIETAS UNGGUL SESUAI AGROEKOSISTEM
A.Memilih Varietas sesuai dengan Agroekosistem
Budidaya kedelai di Indonesia sangat beragam, karena faktor musim tanam, jenis tanah, pola tanam, elevasi dan sebagainya. Pada lahan sawah, umumnya kedelai dibudidayakan pada MK1 (Februari – Mei) dan MK2 (Juli – Oktober). Di lahan kering, kedelai dibudidayakan pada MH1 (Desember – Maret) dan MH2 (April – Juli).
Pilihlah varietas kedelai sesuai dengan agroekosistem dan permintaan pasar, berupa biji besar, sedang atau kecil; kedelai kuning atau hitam; atau sesuai peruntukannya (untuk bahan baku pembuatan tahu, tempe, kecap atau kecambah) dan sebagainya.
B. Adaptasi Beberapa Varietas Unggul Kedelai
1. Varietas adaptif lahan sawah dan lahan kering terbaru :
Beberapa varietas unggul adaptif untuk lahan sawah dan lahan kering terbaru tertuang pada Tabel.2.
Tabel. 2. Varietas Adaptif Lahan Sawah dan Lahan Kering Terbaru
Nama varietas | Tahun dilepas | Umur (hari) | Ukuran biji (g/100 biji) | Sifat lain |
Kaba | 2001 | 85 | Sedang (10,4) | PTMP |
Sinabung | 2001 | 88 | Sedang (10,7) | TR |
Anjasmoro | 2001 | 85 | Besar (15,0) | TR |
Mahameru | 2001 | 85 | Besar (16,0) | TR |
Baluran | 2002 | 80 | Besar (16,0) | - |
Merubetiri | 2002 | 95 | Besar (13,5) | - |
Ijen | 2003 | 88 | Sedang (11,2) | ATUG |
Panderman | 2003 | 85 | Besar (18,5) | ATUG |
Gumitir | 2005 | 81 | Besar (15,7) | RUG CMMV |
Argopuro | 2005 | 84 | Besar (17,8) | RCMMV |
Lokal Grobogan | 2008 | 74 | Besar (17.0) | - |
Gepak Kuning | 2008 | 73 | Kecil (8.25) | TK |
Gepak Ijo | 2008 | 76 | Kecil (6.82) | TK |
TR=Tahan rebah, PTMP=Polong tidak mudah pecah, ATUG=Agak tahan ulat grayak, RUGCMMV=Rentan ulat grayak dan cowpea mild mottle virus, RCMMV=Rentan Cowpea mild mottle virus, TK=Toleran kekeringan
2. Adaptasi terhadap Musim Tanam (Musim Penghujan dan Kemarau)
Tabel. 3. Varietas Adaptasi terhadap Musim Tanam (Musim Penghujan
dan Kemarau)
NO | Varietas | Tahun Pelepasan | Kisaran Hasil (t/ha) | Bobot 100 Biji (gram) | Umur Panen (hr) |
1 | Wilis | 1983 | 1,5 – 2,5 | 10 | 88 |
2 | Kerinci | 1985 | 1,5 – 2,5 | 9 | 87 |
3 | Raung | 1986 | 1,5 – 2,5 | 13 | 85 |
4 | Rinjani | 1989 | 1,5 – 2,5 | 10 | 88 |
5 | Tambora | 1989 | 1,5 – 2,0 | 14 | 86 |
6 | Lompobatang | 1999 | 1,5 – 2,5 | 10 | 87 |
7 | Jayawijaya | 1991 | 1,2 – 2,0 | 9 | 85 |
8 | Krakatau | 1992 | 1,6 – 2,7 | 8 | 84 |
9 | Tampomas | 1992 | 1,2 – 2,5 | 11 | 85 |
10 | Cikuray | 1992 | 1,4 – 2,2 | 12 | 85 |
11 | Singgalang | 1992 | 1,5 – 2,0 | 10 | 85 |
12 | Parangargo | 1995 | 1,7 – 2,2 | 10 | 88 |
13 | Argomulyo | 1998 | 1,5 – 2,0 | 20 | 82 |
14 | Bromo | 1998 | 1,5 – 2,5 | 16 | 85 |
15 | Burangrang | 1999 | 1,5 – 2,5 | 21 | 81 |
3. Varietas adaptif terhadap keharaan pada lahan kering masam
Tabel 4. Varietas Adaptif Terhadap Keharaan pada Lahan Kering Masam
Nama varietas | Tahun dilepas | Umur (hari) | Ukuran biji (g/100 biji) | Sifat lain |
Tanggamus | 2001 | 88 | Sedang (11,0) | Toleran |
Sibayak | 2001 | 89 | Sedang (12,5) | - |
Nanti | 2001 | 92 | Sedang (11,5) | Toleran |
Ratai | 2004 | 90 | Sedang (10,5) | Toleran |
Seulawah | 2004 | 93 | Kecil (9,5) | Toleran |
Rajabasa | 2004 | 84 | Besar (15,0) | Karat |
4. Varietas kedelai adaptif terhadap keharaan pada lahan pasang surut.
Tabel 5. Varietas Kedelai Adaptif Terhadap Keharaan pada Lahan Pasang Surut
Nama varietas | Tahun dilepas | Umur (hari) | Ukuran biji (g/100 biji) | Adaptasi |
Lawit | 2001 | 84 | Sedang (10,5) | Tipe B & C |
Menyapa | 2001 | 85 | Kecil (9,1) | Tipe B & C |
5. Varietas kedelai hitam terbaru.
Tabel 6. Varietas Kedelai Hitam Terbaru
Nama varietas | Tahun dilepas | Umur (hari) | Ukuran biji (g/100 biji) | Sifat lain |
Mallika | 2007 | 88 | Sedang (11,0) | - |
Detam-1 | 2008 | 89 | Besar (12,5) | Protein tinggi, biji besar |
Detam-2 | 2008 | 92 | Besar (11,5) | Protein tinggi, tol. kekeringan |
6. Varietas kedelai berkarakter spesifik.
Tabel 7. Varietas Kedelai Berkarakter Spesifik
Nama varietas | Tahun dilepas | Umur (hari) | Ukuran biji (g/100 biji) | Adaptasi |
Pangrango | 1995 | 88 | Sedang (10,0) | Toleran penaungan |
Gumitir | 2005 | 81 | Besar (15,7) | Sesuai tahu dan tempe |
Argopuro | 2005 | 84 | Besar (17,8) | Kadar lemak tinggi |
Gepak Ijo | 2008 | 73 | Kecil (8.25) | Sesuai untuk tahu dan taoge |
Gepak Kuning | 2008 | 76 | Kecil (6.82) | Sesuai untuk tahu |
BAB IV
KEBUTUHAN DAN PERLAKUAN BENIH
A.Menghitung Kebutuhan Benih
Untuk memperkirakan kebutuhan benih kedelai per Ha dapat dihitung berdasarkan jarak tanam dan besar biji varietas kedelai yang akan ditanam. Perkiraan keperluan benih per Ha dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Indikator Menghitung Kebutuhan Benih
1) Prosentase Daya Tumbuh Benih ( % )
2) Bobot Biji per 100 butir atau 1.000 butir (gram )
3) Jumlah Biji per lobang tanam
4) Jarak tanam
1) Cara menghitung prosentase daya tumbuh
t
P = ---- X 100 %
b
P = Prosentase Daya Tumbuh
t = Jumlah benih yang tumbuh/berkecambah
b = Jumlah benih yang dikecambahkan
2) Cara menghitung Kebutuhan Benih (I)
a. Rumus 1.
100 100 100
B = 10.000 X ------ X ------ X ----- X s X t X 1 gram
p q r
B = benih yang diperlukan
p = jarak antar baris (cm)
q = jarak rumpun dalam barisan
r = daya tumbuh benih (angka persentase )
s = bobot per 100 biji (gram)
t = jumlah tanaman per rumpun
b. Rumus 2
L S
B = -------------- X ----------- X r X n
d1d2 1.000
B = Kebutuhan benih
L = Luas areal
d1 = jarak rumpun dalam barisan
d2 = jarak tanam antar barisan
S = bobot per 1.000 butir (gram)
r = daya tumbuh benih (angka persentase)
n = jumlah biji per lobang tanam
B. Macam dan Cara Perlakuan Benih
1. Tujuan
Adapun tujuan dari kegiatan perlakuan benih (Seed Treatment) adalah:
1) Melindungi benih dari serangan hama tanah
2) Mengendalikan serangan hama lalat bibit (Ophiomya phaseoli)
2. Macam Perlakuan Benih Kedelai (Seed Treatment)
a). Menggunakan Inokulum Rhizobium
Ø Legin
Ø Rhizogin
Ø Rhizoplus
Ø Tanah bekas penanaman kedelai
b). Menggunakan Carbosulfan
Ø Marshal 25 ST
c). Menggunakan Fipronil
Ø Regent
3. Cara perlakuan Benih Kedelai (Seed Treatment)
a). Inokulasi Rhizobium
Ø Untuk lahan yang sama sekali belum dilakukan penanaman kedelai
Ø Legin 30 gram/10 kg benih, Rhizogin 37,5 gram/10 kg benih atau menggunakan Rhizoplus 20 gr/kg benih
Ø Basahi benih dengan air bersih sebelum Inokulan dicampur dengan benih
Ø Pencampuran benih dilakukan secara bertahap agar benih yang telah diinokulasi segera habis tertanam
Ø Benih dikering anginkan dan hindari sinar matahari langsung
Ø Benih harus tertanam jangan melebih dari 6 jam
b). Inokulasi dengan Tanah bekas penanaman
Ø Untuk lahan yang sama sekali belum dilakukan penanaman kedelai
Ø 2 – 3 kg tanah/10 kg benih kedelai
Ø Basahi benih dengan air bersih sebelum Inokulan dicampur dengan benih
Ø Pencampuran benih dilakukan secara bertahap agar benih yang telah diinokulasi segera habis tertanam.
c). Inokulasi Pupuk Mikroba
Ø3 g/kg benih (1 bungkus Pupuk mikroba untuk 8 – 10 kg/benih
ØBasahi benih dengan air bersih sebelum Inokulan dicampur dengan benih
ØPencampuran benih dilakukan secara bertahap agar benih yang telah diinokulasi segera habis tertanam
ØLubang tanam ditutup segera setelah tanam agar tidak terkena sinar matahari dan tidak boleh menggunakan pestisida.
d). Perlakuan dengan insektisida
Ø Carbosulfan (10 gram Marshal 25 T/kg benih) atau fipronil (10 cc Regent/kg benih) untuk mengendalikan lalat bibit (Ophiomya phaseoli)
Ø Basahi benih dengan air bersih sebelum inokulan dicampur dengan benih
Ø Pencampuran benih dilakukan secara bertahap agar benih yang telah diinokulasi segera habis tertanam.