sistem tanam Jajar Legowo 2:1 |
Seperti diketahui bahwa upaya peningkatan produksi pertanian bisa dilakukan dengan 4 cara yaitu : intensifikasi, diversifikasi, ekstensifikasi, dan perluasan lahan. Kondisi pertanian saat ini menghadapi tantangan yang lebih komplek karena banyaknya lahan pertanian produktif yang beralih fungsi menjadi perumahan, sekolah, perkantoran, tempat ibadah, Mal, jalan, bahkan ada beberapa lahan pertanian yang beralih fungsi menjadi peternakan. Permasalahan tersebut perlu menjadi sorotan dalam pengambilan kebijaksanaan pemerintah pada waktu pengeluaran IMB (ijin mendirikan bangunan) karena akan berdampak pada ketahanan pangan Indonesia. Permasalahan lain yang muncul adalah banyaknya petani yang sudah berusia lanjut, rata-rata petani berusia 40tahun ke atas, generasi penerus dari petani yaitu anak-anak muda tidak tertarik dengan dunia pertanian karena penghasilan lebih kecil dibandingan dengan sektor industri dan perdagangan. Ini yang juga harus menjad catatan, bagaimana sekolah mampu menumbuhkan minat siswa dalam bidang pertanian karena pertanian adalah sektor yang sangat penting bagi kedaulatan bangsa. Petani dengan usia relatif muda juga akan lebih cepat dalam mengadopsi inovasi bahkan bisa melakukan penemuan-penemuan karena memiliki sifat yang lebih kritis dibandingkan dengan petani yang berusia tua.
Di daerah pulau Jawa khususnya dengan tanah yang sangat subur usaha peningkatan produksi pertanian dengan cara perluasan lahan sudah tidak memungkinkan lagi, usaha yang bisa dilakukan adalah dengan diversifikasi , ekstensifikasi (pemanfaatan lahan agar lebih optimal), dan intensifikasi. Pada tahun 1984 Indonesia berhasil swasembada beras dengan intensifikasi penggunaan pupuk kimia serta pestisida kima yang berdampak pada pencemaran lingkungan dan degradasi lahan pertanian. Hal tersebut yang mendorong adanya pertanian yang berkelanjutan melalui penarapan teknologi pertanian ramah lingkungan dengan mengurangi pemakaian bahan kimia dan meningkatkan penggunaan pupuk organik dan pestisida organik.
Program pertanian yang ramah lingkungan untuk meningkatkan produksi padi baru-baru ini adalah sistem tanam padi dengan "jajar legowo". Pengertian dari sistem tanam jajar legowo adalah cara tanam padi sawah dengan pola beberapa barisan tanaman, kemudian diselingi oleh satu barisan kosong, dengan cara ini bisa meningkatkan populasi pertanaman dengan pengaturan jarak tanam. Sistem tanam ini pada awalnya bernama sistem tanam dengan perbanyakan tanaman tepi, karena pada dasarnya tanaman tepi di perbanyak tetapi menyisakan ruang kosong yang lebih banyak di tengah tanaman. Sistem tanam Jajar Legowo merupakan suatu rekayasa teknologi untuk mendapatkan populasi tanaman lebih banyak. Dengan sistem tegel/larikan ukuran 25cmx25cm perhektar ada 160.000 rumpun tanaman padi, dengan sistem legowo 2:1 ukuran 25cmx50cmx12,5cm perhektar ada 213.300 rumpun tanaman padi. Jumlah rumpun meningkat tanpa harus menambah luasan lahan.
Sistem tanam jajar legowo yang dianjurkan pemerintah adalah dengan tipe 2:1 karena mampu menaikan produksi sebesar 33,31% dan sangat cocok untuk tanah yang subur. maksud dari sistem tanam jajar legowo 2:1 adalah menghilangkan 1 mendapatkan 2. Melalui sistem tanam ini maka : produksi padi lebih tinggi, dan kualitas gabah menjadi lebih baik karena adanya ruang terbuka 50cm dan 25 cm sehingga tanaman bisa berfotosintesis dengan baik.
gambar Jajar Legowo 2:1 |
- Keunggulan sistem tanam jajar legowo 2 :1
1. Memperbanyak jumlah rumpun 33,31% sehingga produksi bisa meningkat dengan luas lahan yang sama.
2. Fotosintesis dan aliran udara untuk tanaman lebih bagus karena adanya ruang terbuka 40cm-50cm.
3. Perawatan tanaman lebih mudah dibandingkan sistem larikan dan acak, baik dalam hal pemupukan, penyiangan dan pengendalian hama dan penyakit.
4. Tanaman menjadi tanaman tepi semua (border efek), sehingga gabah lebih mentes/ terisi penuh.
5. Meminimalkan serangan hama tikus.
- Kekuarangan sistem tanam jajar legowo 2:1
1. Penanaman sistem tanam jajar legowo tergenatung dengan fihak lain (regu tanam), sehingga keputusan penanaman jajar legowo tidak serta merta dari petani sendiri.
2. Regu tanam sendiri merasa sulit menerapkan jajar legowo, karena selain memakan waktu yang lama juga belum terbiasa.
3. Biaya yang dikeluarkan petani lebih tinggi dari modal tanam biasa, selisihnya antara Rp. 150.000- Rp.400.000.
4. Peningkatan hasil tidak dirasakan petani jika petani lebih senang menebas hasil panen secara "ijoan".
Legowo 2:1 |
legowo 4:1 tipe 1 |
Legowo 4:1 tipe 2 |
Caplak legowo bisa dibuat dengan kayu, sehingga biayanya juga tidak mahal.
Perbedaan varietas yang digunakan dan jenis tanah bisa menyebabkan perbedaan produksi. Tanah yang kurang subur dan tanah yang subur membuat tanggapan yang berbeda untuk pertumbuhan dan produksi tanaman. Hal yang perlu adalah pemahaman sifat varietas tanaman terutama mengenai pertumbuhan vegetatifnya dan kemampuannya berproduksi. Yang kedua adalah perlunya difahami mengenai kesuburan tanah. Tanah liat lebih subur dibandingakan dengan tanah yang berpasir. Untuk itu perlu juga disesuaikan jarak tanam jajar legowonya.
Penerapan sistem tanam jajar legowo harus spesifik lokasi/ tidak bisa berlaku secara umum. Setiap lokasi harus dicoba untuk mengetahui bagaimana interaksi antara kondisi kesuburan tanah, varietas dan jarak tanam yang digunakan.
caplak jarwo |
Sumber :
Power point. Teknologi Jajar Legowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah Tahun 2014
Power point. Inovasi Teknologi Pendukung Program Peningkatan Produksi PAJALE. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah Tahun 2015
Modul Pendampingan Mahasiswa Dalam Upaya Khusus Peningkatan Produksi Padi Jagung dan Kedelai. badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian Tahun 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar