ada 3 jenis hama yang sering menyerang tanaman padi yaitu Wereng, Sundep, dan Tikus (lihat juga Mengenal tikus dan berbagai cara pengendaliannya). Dalam dunia akademik disebut dengan nama OPT (organisme pengganggu tanaman). OPT ini bisa berupa hama ataupun gulma. Serangan hama di luar ambang batas aman dapat menyebabkan kerugian atau kegagalan dalam usaha tani padi. Oleh karena itu tetap harus di pegang moto bahwa "mencegah lebih baik dari pada mengobati". Mencegah serangan hama yang meluas lebih baik daripada mengeluarkan biaya yang banyak untuk membeli pestisida kimia dalam pemberantasan hama yang sudah banyak.
Pengendalian hama harus mengutamakan kelestarian lingkungan dan ekonomi. Kelestarian lingkungan dapat di capai jika cara-cara pengendalian lebih mengutamakan penggunaan pestisida organik dan nabati serta mengurangi bahkan jika bisa menghindari penggunaan pestisida kimia/sintesis. Dalam hal ekonomi pengendalian hama juga harus memperhitungkan biaya yang dikeluarkan dalam usaha tani, jika biaya yang dieluarkan tidak sebanding dengan hasil panen maka dipastikan petani mengalami kerugian, maka di usahakan untuk melakukan pencegahan-pencegahan dini dan konsultasi dengan pihak birokrasi dalam hal ini dinas pertanian mengenai tata cara yang tepat dalam pengelolaaan usaha tani. Konsep utama dalam pengendalian hama adalah mencari titik terlemah dalam fase hidup hama tersebut.
Berikut 3 jenis hama yang sering menyerang tanaman padi (Oriza sativa) :
1. Wereng cokelat (Nilaparvata lugens).
Wereng cokelat memiliki dua stadia : bersayap dan tidak bersayap. Jika pada padi musa dengan usia < 20 hari ditemukan adanya wereng cokelat walaupun jumlahnya banyak biarkan saja. Wereng cokelat tersebut merupakan migrasi dari tempat lain untuk bertelur kemudian mati, telur dimasukkan ke dalam pelepah batang padi. Yang perlu diwaspadai adalah generasi dari telur yang menetas tersebut, umur 3-4hari berbentuk nimfa 1dan2. Nimfa inilah yang mudah untuk dikendalikan dengan penyemprotan pestisida kontak dan menghambat pergantian kulit dengan merk dagang APPLAUD. Jika wereng coklat sudah tidak dalam fase nimfa maka penggunaan pestisida ini tidak akan berhasil.
2. Sundep / Penggerek batang padi (Scirpophaga (Tryporyza) incertulas)
Dalam pengendalian hama sundep yang perlu diperhatikan adalah jangan boros pestisida. Sundep memiliki titik terlemah dalam fase hidupnya adalah ketika menjadi telur. Telur-telur sundep ini diletakkan di daun padi, ketika telur menetas akan menjadi ulat dan masuk ke dalam pangkal padi. Kupu/ngengat merupakan suatu pertanda adanya peneluran, ngengat tersebut habis bertelur kemudian mati.
Yang harus dilakukan untuk mengendalikan sundep ini adalah dengan memijit telur-telur sundep ini memakai jempol agar telur mati/ tidak menetas. Melakukan penyemprotan pestisida pada saat telur sudah menetas tidak akan memberikan hasil yang lebih efektif. Penyemprotan pestisida pada saat fase kupu-kupu juga tidak akan memberikan manfaat yang lebih efektif.
3. Tikus
Pengendalian tikus yang biasa dilakukan dengan Gropyokan dan menggunakan umpan beracun. Yang perlu diperhatikan adalah gropyokan lebih baik dilakukan sesudah masa panen dengan maksud agar tidak merusak tanaman padi. Sedangkan penggunaan umpan beracun tidak boleh dilakukan pada saat tanaman padi mau panen karena tikus akan lebih tertarik untuk memakan padi ketimbang memakan umpan beracun.
Wereng cokelat memiliki dua stadia : bersayap dan tidak bersayap. Jika pada padi musa dengan usia < 20 hari ditemukan adanya wereng cokelat walaupun jumlahnya banyak biarkan saja. Wereng cokelat tersebut merupakan migrasi dari tempat lain untuk bertelur kemudian mati, telur dimasukkan ke dalam pelepah batang padi. Yang perlu diwaspadai adalah generasi dari telur yang menetas tersebut, umur 3-4hari berbentuk nimfa 1dan2. Nimfa inilah yang mudah untuk dikendalikan dengan penyemprotan pestisida kontak dan menghambat pergantian kulit dengan merk dagang APPLAUD. Jika wereng coklat sudah tidak dalam fase nimfa maka penggunaan pestisida ini tidak akan berhasil.
Telur sundep |
Yang harus dilakukan untuk mengendalikan sundep ini adalah dengan memijit telur-telur sundep ini memakai jempol agar telur mati/ tidak menetas. Melakukan penyemprotan pestisida pada saat telur sudah menetas tidak akan memberikan hasil yang lebih efektif. Penyemprotan pestisida pada saat fase kupu-kupu juga tidak akan memberikan manfaat yang lebih efektif.
3. Tikus
Pengendalian tikus yang biasa dilakukan dengan Gropyokan dan menggunakan umpan beracun. Yang perlu diperhatikan adalah gropyokan lebih baik dilakukan sesudah masa panen dengan maksud agar tidak merusak tanaman padi. Sedangkan penggunaan umpan beracun tidak boleh dilakukan pada saat tanaman padi mau panen karena tikus akan lebih tertarik untuk memakan padi ketimbang memakan umpan beracun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar