Rabu, 26 Agustus 2015

Trap Barrier System / Sistem Bubu Perangkap (TBS)

Trab Barrier System merupakan petak tanaman padi dengan ukuran minimal 20mx20m yang ditanam 3 minggu lebih awal dari tanaman di sekitarnya, dipagar plastik dengan tinggi 60cm yang ditegakkan dengan ajir bambu pada setiap jarak 1m, bubu perangkap dipasang pada setiap sisi dalam pagar plastik dangan lubang menghadap keluar dan jalan masuk tikus. Petak TBS dikelilingi parit dengan lebar 50cm yang selalu terisi air untuk mencegah tikus menggali atau melubangi plastik. Prinsip kerja TBS adalah menarik tikus dari lingkungan sawah dan sekitarnya (hingga radius 200m) karena tikus tertarik padi yang ditanam lebih awal dan bunting lebih dahulu, sehingga bisa mengurangi populasi tikus sepanjang pertanaman. 
 Parit disekeliling tanaman dalam petak TBS harus bersih dari gulma sehingga menbuat tikus tidak dapat memanjat memasuki petak lahan TBS tanpa melalui bubu perangkap.
Pengendalian tikus menggunakan pendekatan PHTT (Pengendalian Hama Tikus Terpadu) yaitu pendekatan yang didasarkan pada pemahaman biologi dan ekologis tikus, dilakukan secara dini, intensif dan terus menerus dengan memanfaatkan semua teknologi pengendalian yang sesuai dan tepat waktu. Pelaksanaan pengendalian lebih baik jika dilakukan petani secara bersama-sama (berkelompok) dan terkoordinasi dengan cakupan wilayah sasaran pengendalian dalam skala luas/hamparan.
Kegiatan pengendalian tikus ditekankan pada awal musim tanam untuk menekan populasi awal tikus sejak pertanaman sebelum tikus memasuki masa reproduksi. Kegiatan tersebut meliputi gropyokan masal, sanitasi habitat, pemasangan TBS dan LTBS. Gropyokan dan sanitasi dilakukan pada habitat-habitat tikus seperti sepanjang tanggul irigasi, pematang besar, tanggul jalan, dan batas sawah dengan perkampugan. Pemasangan TBS dilakukan pada daerah endemik tikus untuk menekan populasi tikus pada awal musim tanam
Trap Barrier System (TBS)

INTENSIFIKASI TANAMAN PADI

Intensifikasi tanaman padi (ITP) merupakan sebuah metode untuk meningkatkan jumlah produksi padi. Metode ini telah banyak di gunakan oleh banyak negara. Pertama ditemukan dari Madagaskar oleh Henri de Lauline pada tahun 1980, metode ini sering disebut juga dengan System Rice Intensification (SRI). Konsep SRI adalah cara bertani dengan menggunakan input minimal untuk mendapatkan hasil yang maksimal (lebih banyak). Disamping meningkatkan produksi, dengan metode ini juga memberikan manfaat lainnya seperti :
1. Penggunaan air yang lebih sedikit
2. Menghemat kebutuhan akan benih
3. Ramah lingkungan karena menggunakan input kimia lebih sedikit.
Penggunaan air pada metode SRI dapat menghemat 20%-50% dari kebutuhan air dengan sistem tanam tradisional yang biasanya selalu menggenangi tanaman padi. Tanah cukup dijaga tetap lembab selama pertumbuhan vegetatif, untuk memungkinkan lebih banyaak oksigen bagi pertumbuhan akar. Sesekali (kurang lebih seminggu sekali) tanah harus dikeringkan sampai retak/ dibiarkan sampai retak. Ini dimaksudkan agar oksigen dari udara dapat masuk ke dalam tanah dan mendorong akar untuk mencari air. Dengan cara demikian maka pertumbuhan akar akan lebih baik dibandingkan dengan melakukan pengairan secara terus menerus. Pertumbuhan akar tersebut nantinya bermanfaat untuk menunjang pertumbuhan tanaman dalam mendapatkan unsur hara dan menjaga kekokohan tanaman. Sebaliknya jika tanah sawah selalu digenangi maka akar akan sulit berkembang/ sulit untuk tumbuh dan menyebar serta oksigen tidak dapat masuk untuk menunjang pertumbuhan akar agar lebih subur.
Kondisi demikian ditunjang dengan pendangiran secara mekanis akan mennghasilkan banyak udara yang masuk ke dalam tanah dan akar akan lebih berkembang besar sehingga dapat menyerap nutrisi/unsur hara lebih banyak. Sebelum di lakukan pendangiran tanah terlebih dahulu digenangi untuk mempermudah proses pendangiran karena tanah tidak begitu keras. Pengairan paling bagus dilakukan pada sore hari, dengan harapan pada waktu ke esokan harinya air di permukaan sudah surut. manfaat dari cara ini adalah memaksimalkan penyerapan radiasi cahaya matahari bagi tanaman dan tanah akan selalu hangat, sebaliknya jika kondisi tanah tergenang pada waktu siang hari maka akan memantulan radiasi cahaya matahari dan hanya menyerap sedikit panas yang dibutuhkan oleh tanaman. 
Dengan sistem SRI kondisi tidak tergenangi hanya dipertahankan selama proses vegetatif. Selanjutnya setelah pembungaan sawah digenangi 1-3cm sperti yang diterapkan pada pertanian tradisional hingga 7-25 hari sebelum panen.
Penghematan kebutuhan akan benih jika menggunakan sistem SRI mencapai 80%. Kebutuhan benih rata-rata 6-7Kg/ Ha dibandingkan dengan metode tradisional yang mencapai 107Kg/Ha. Pembibitan dilakukan pada lahan yang kering atau bisa menggunakan wadah. Pada persemaian menggunakan lahan pertama-tama harus menyiapkan persemaian di tempat kering dan tidak tergenang kemudian sebarkan benih di persemaian rata dan jarang kemudian tutup dengan kompos/tanah yang halus tekan pelan-pelan untuk memadatkannya terakhir diberikan mulsa dari sisa jerami/rumput kering. Sirami lahan persemaian tersebut dengan gembor.
Jika menggunakan wadah, bisa menggunakan wadah dari "besek", "tampah/nampan" atau dari sampah kaleng tempat roti dengan memberikan lubang-lubang kecil pada bagiaan bawahnya. Pertama yang dilakukan adalah menyiapkan wadah kemudian diberikan lembaran daun pisang yang sudah agak layu. Setelah itu diberikan tanah dan benih disebar secara merata, tutup dengan kompos dan berikan mulsa dari sisa jerami padi. Sirami tempat persemaian tersebut dengan gembor.
Kebutuhan benih menjadi lebih sedikit karena sistem SRI ini menerapkan tanam satu lubang satu tanaman dan jarak tanam yang lebar-lebar, paling kecil 25cmx25cm.
Ramah lingkungan karena pada sistem ini banyak menggunakan input organik berupa kompos atau pupuk dari kandang. Sehingga bisa menghemat juga pengeluaran petani dalam membeli sarana produksi pertanian karena pada umumnya petani juga memiliki ternah yang bisa menjadi sumber daya potensial dalam menghasilkan pupuk oeranik secara mandiri. Beberapa penjelasan ilmiah mengenai sistem SRI adalah sebagai berikut :
    a. Proses Fiksasi Biologi Nitrogen(BNF). bakteri dan mikroba yang bebas hidup disekitar akar padi dapat menguraikan nitrogen yang diperlukan untuk tanaman. Diketahui bahwa sekitar 80% bakteri di dalam tanah dan sekitar akar tanaman padi memiliki kemampuan menyediakan nitrogen, tetapi potensi tersebut tidak akan menjadi nyata jika penggunaan pupuk kimia atau pupuk nitrogen kimia diteruskan atau dalam kondisi tanah anaerobik dan tergenang.
    b. tanaman dapat tumbuh baik pada kondisi hara rendah selama hara tersebut tersedia secara berimbang dan konsisten. Kompos dapat memberikan unsur hara sedikit demi sedikit tetapi konsisten.
      c. Tanaman dengan akar yang bebas menyebar dapat menyerap unsur hara yang semakin banyak. Pertumbuhan akar yang bebas hanya mungkin terjadi pada bibit yang usianya muda yang punya banyak ruang dan oksigen, bahkan saat air dan nutrisi hanya sedikit akar dapat mencarinya sendiri. Akar yang demikian dapat mengekstrak unsur hara yang lebih seimbang dalam tanah, termasuk nutrisi-nutrisi mikro yang diperlukan sedikit tapi penting.

Teknik Intensifikasi Tanaman Padi (ITP) / SRI mengandung beberapa teknologi tepat guna yaitu :
1. Transplantasi dini
Tanam bibit ketika baru berdaun dua dan kulit buah yang masih menempel, biasanya umur 8-12hari, terkadang hingga 15 hari dan daerah-daerah yang lebih dingin bisa mencapai 15-18hari. Transplantasi dini memberikan kesempatan maksimum untuk berakar, berdaun dan berkembang. Tiap harinya akan menunda penurunan potensi pertumbuhan, khusus nya setelah 15 Hari.
2. Transplantasi dengan hati-hati
Tanam bibit tersebut pada tanah berlumpur, bukan pada tanah yeng terdapat air mengalir, dengan pemendaman akar sedalam 1-2cm dan ujung akar mengaraah ke dalam atau menyamping. Jika bibit tersebut ditekan ke dalam tanah, ujung akar akan mengarah ke atas dan ini tidak baik karena pertumbuhannya akan lambat atau terhenti sekitar satu minggu untuk pemulihan tanaman. Transplantasi yang haati-hati akan mengurangi stres pada akar dan tanaman serta mengurangi penundaan pertumbuhan tanaman setelah di transplantasi, ini akan memberikan pengaruh yang besar pada pertumbuhan tanaman di kemudian hari.
3. Jarak tanam
Menanam bibit satu persatu, bukan dua, tiga atau empat sekaligus. Satu lubang tanam hanya terdapat satu tanaman. Bibit tersebut ditanam dalam pola persegi dengan ukuran 25cmx25cm, jarak tanam bisa ditandai dengan alai khusus misalkan menggunakan garukan untuk menandai titik pertanaman. jarak taanam yang lebar tersebut akan menunjang pertumbuhan akar dan daun menjadi lebih baik.
4. Pengairan dan pengeringan tanah yang baik
Ketika daun tanaman tumbuh berikan air secukupnya untuk menjaga tanah tetap lembab, tetapi jangan mengaliri dengan air yang mengalir terus menerus. Ketika tanaman padi mulai berbunga dan berisi butiran, pertahankan ketebalan airnya 1-2cm dalam tiap tanaman. lalukan pengeringan sebelum masa panen. Pengeringan tanah yang baik akan mendorong pertumbuhan akar lebih besar.
5. Pembersihan gulma/ penyiangan sesering mungkin
mulai membersihkan gulma 10-12 hari setelah bibit ditanam, bisa menggunakan alat garukan sederhana/landak/sosrok. Setelah itu tetap melakukan penyiang padi berikutnya setiap 10-12hari berikutnya hingga padi yang ditanam tumbuh cukup besar untuk menutupi smua lahan penanaman (membentuk kanopi). Tiap penyiangan dapat menambah hasil padi hingga 1ton/Ha. Penyiangan sesering mungkin akan menambah udara ke tanah sehingga pertumbuhan akar akan semakin baik. Mulsa juga bisa digunakan untuk mmbantu pertumbuhan gulma.

Kekurangan sistem tanam dengan cara ini adalah kebutuhan tenaga kerja meningkat karena waktu yang diperlukan untuk penanaman secara hati-hati bertambah dan penyiangan juga membutuhkan waktu yang lebih banyak. Namun hasil yang akan diperoleh akan menutup biaya upah tenaga kerja tersebut.

Minggu, 23 Agustus 2015

PEMBUATAN PUPUK CAIR ORGANIK

pupuk cair merupakan pupuk tambahan yang kaya akan unsur hara mikro. Sedangkan pupuk kompos/pupuk organik padat merupakan pupuk utama yang kaya akan unsur hara makro.
Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat pupuk cair organik yaitu :
- Bahan material organik 
1. kotoran kambing/sapi/ayam (paling bagus kotoran ayam petelur/pedaging karena banyak mengandung sentrat), 
2. hijauan/daun-daunan dari kelompok kacang-kacangan dan daun rumput gajahan yang biasa digunakan sebagai makanan ternak sapi,
3. sisa sayuran, limbah organik dapur (air cucian beras),
4. gedebog pisang (paling bagus bagian bonggol pisang dari pisang yang belum berbuah)/Rebung bambu di ambil rebung dari bambu tali. Pengambilan rebung antara jam 5-6 pagi dan 3 hari sebelumnya tidak turun hujan. Banyak mengandung hormon auksin.
5. Sisa buah-buahan (pepaya, nanas, mangga, dll)
- Mikroba untuk fermentasi (EM4),
- Tetes tebu/ Gula pasir/ Gula jawa
- Air kelapa, urine Hewan
- Air yang tidak mengandung kaporit
- Tong yang kedap udara
- Kapur dolomit

Cara pembuatan pupuk cair organik :
- Sisa sayuran, sisa buah-buahan, hijauan daun-daunan dan gedebog pisang/rebung dicacah. Kemudian di masukkan ke dalam tong
- Masukkan kotoran kambing/sapi/ayam kedalam tong
- Masukkan EM4 yang telah dicampur dengan larutan gula
- Masukkan air kelapa, urine hewan, kapur dolomit dan air sampai tong penuh
2 bagian bahan organik 1 bagian air
- Tutup tong, tunggu hingga 15 hari / 2 minggu untuk mengecek kematangan. Apabila baunya wangi atau seperti tape berarti pupuk sudah jadi
- Untuk pemakaian pisahkan dengan saringan antara cairan dengan ampas, ampasnya bisa digunakan untuk pupuk padat.
- Pupuk siap digunakan dengan komposisi 1 liter pupuk cairng : 100 liter air. Pupuk bisa tahan sampai 6 bulan. Pupuk cair sebagai pupuk tambahan bisa diaplikasikan pada bunga, daun dan batang.

Proses pembuatan pupuk bisa dilakukan dengan cara aerob yaitu menggunakan bantuan aerator yang biasa digunakan pada akuarium. Atau secara anaerob dengan menggunakan tong yang kedap udara. Tong bisa didisain agar gas dalam tong bisa keluar tanpa ada gas yang bisa masuk ke dalam tong, disainnya seperti ini :


CARA MEMBUAT PUPUK KOMPOS


Pembuatan pupuk Kompos ada dua cara :

  1. Aerob : memanfaatkan udara
  2. Anaerob : Dilakukan dengan kondisi kedap udara
Metode pembuatan pupuk kompos dengan cara Aerob
- Dilakukan di tempat terbuka
- Menggunakan material organik dengan komposisi :
. Adanya unsur C (karbon), N (nitrogen) kecil. Dengan perbandingan 30: 1
. Memiliki kadar air 40 % - 50%
. pH sekitar 6 - 8
. contoh bahan : hijauan Leguminosa, jerami padi, gedebog pisang, enceng gondok, kotoran ternak.
- Menggunakan mikroba alami : EM4, tetes tebu, air kelapa
- Membutuhkan waktu 30 hari / 1 bulan
- Harus ada pengontrolan suhu dan kelembaban pada saat berlangsungnya proses pengomposan / fermentasi.

Cara pembuatan pupuk kompos dengan cara Aerob
- Siapkan tempat yang terhindar dari sinar matahari langsung / hujan , bisa di bawah pohon atau disediakan tempat yang ada peneduhnya. Tempat pembuatan bisa di tong sampah atau membuat lubang sampah dengan ukuran 2 m x 1 m dengan kedalaman 0,5m.
- Siapkan material organik sisa tanaman atau sayuran, sampah dapur, daun-daun kering, gedebog pisang, jerami. Bahan tersebut di cacah lebih kecil lebih bagus kemudian di campur dengan kotoran ternak dan arang sekam / abu dapur / tanah.
- Masukkan bahan tersebut ke dalam tong atau bak kemudian padatkan, isi sampai penuh.
- Siram bahan baku kompos tersebut dengan campuran mikroba alami / EM 4 , tetes tebu / gula pasir / gula jawa cair, air kelapa dan air sumur (tidak ada kandungan kaporit) untuk mengurai proses pengomposan
- Karena penguapan tinggi bisa di tutup dengan terpal plastik. Terpal juga bisa berfungsi untuk melindungi dari hujan.
- Proses pembalikan dilakukan setiap 1 sampai 2 minggu sekali sampai proses pengomposan selesai
- Pupuk kompos yang telah jadi  cirinya warna kecoklatan, tekstur gembur dan tidak berbau
- Simpan pupuk kompos yang telah jadi ke dalam karung dan letakkan di tempat teduh dan kering

Metode pembuatan pupuk kompos dengan cara Anaerob
- Dilakukan di tempat tertutup / kedap udara. Bisa di dalam tong yang kedap udara / pada bak permanen.
- Menggunakan material organik dengan komposisi C dan N tinggi
- Bahan berupa daun-daun dengan kadar N tinggi seperti kacang-kacangan, rumput gajah, enceng gondok. Dan serbuk gergaji dengan kadar C tinggi.
- Menggunakan mikroba alami : EM4, tetes tebu, air kelapa

Cara pembuatan pupuk kompos dengan cara Anaerob
Siapkan tong yang kedap udara, masih bisa ditutup dengan rapat.
- Siapkan material organik sisa tanaman kacang-kacangan, rumput gajah, enceng gondok. Bahan tersebut di cacah lebih kecil lebih bagus kemudian di campur dengan kotoran ternak dan serbuk gergaji.
- Masukkan bahan tersebut ke dalam tong , isi sampai penuh.
- Siram bahan baku kompos tersebut dengan campuran mikroba alami / EM 4 , tetes tebu / gula pasir / gula jawa cair, air kelapa dan air sumur (tidak ada kandungan kaporit) untuk mengurai proses pengomposan
- Tutup rapat tong sehingga tong menjadi kedap udara.
- Cek kompos setelah 7 hari
- Pupuk kompos yang telah jadi  cirinya baunya harum seperti tape
- Bisa di aplikasikan di lahan sebagai pupuk dasar

Sabtu, 22 Agustus 2015

6 UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI PADI

Pada masa sekarang kita menghadapi tantangan dengan semakin banyaknya jumlah penduduk Indonesia maka bertambah pula konsumsi terhadap kebutuhan pokok terutama beras. Sedangkan lahan pertanian banyak yang telah beralih fungsi menjadi non pertanian. Untuk menjawab tantangan tersebut perlu adanya suatu cara untuk meningkatkan produksi tanaman pangan terutama padi sebagai penghasil makanan pokok masyarakat Indonesia. Melalui kegiatan intensifikasi tanaman padi produksi dapat meningkat, hanya saja perlu diperhatikan bahwa kegiatan intensifikasi sudah berubah haluan dari mengedepankan penggunaan input kimia menuju pengurangan input kimia terutama pupuk dan obat. Bahkan tantangan ke depan terwujudnya pertanian yang selaras dengan alam, dalam hal ini penggunaan bahan-bahan kimia diperbolehkan tetapi secara bijaksana sehingga tidak merusak alam dan lingkungan usahatani. 6 Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi padi antara lain :
1. Tanam bibit muda
Bibit sudah bisa di pindah tanam setelah 7HSS(Hari setelah semai)-20HSS. Semakin muda umur bibit yang di pindah tanamkan ke lahan maka diharapkan tingakat stress bibit akan semakin sedikit, selain itu dengan tanam bibit muda tanaman akan lebih cepat beradaptasi dan memiliki jumlah anakan yang lebih banyak. Berkaitan dengan jumlah anakan ada berbagai fktor penentu selain tanam bibit muda antara lain : tingkat kesuburan tanah. Pembenaman sisa-sisa jerami kedalam tanah mampu meningkatkan kesuburan tanah tetapi penting juga untuk melakukan pengomposan sisa-sisa jerami dan kotoran ternak sehingga tanah menjadi lebih subur. Baca juga cara melakukan persemaian tanaman padi
Manfaat tanam bibit muda :

  • Mengurangi stagnasi pertumbuhan setelah tanaman pindah tanam
  • Pertumbuhan akar cepat/dalam sehingga tanaman menjadi tahan rebah
  • Umur panen lebih cepat
  • Tanaman lebih sehat sehingga hasil akan meningkat

2. Penggunaan sistem tanam JAJAR LEGOWO
Tanaman memiliki kebutuhan akan Cahaya matahari dan udara untuk menunjang pertumbuhannya. Dapat dibuktikan dengan perbedaan kondisi tanaman yang terkena sinar matahari penuh dan terlindungi dari sinar matahari, baik itu pertumbuhan maupun produksinya akan lebih bagus ketika tanaman mendapatkan sinar matahari penuh, begitu pula dengan udara. Dengan penggunaan sistem jajar legowo yang tepat maka tanaman akan mendapatkan cukup sinar matahari dan udara sehingga pertumbuhannya dan hasilnya lebih bagus. Selain itu dengan sistem tanam jajar legowo jumlah rumpun tanaman akan semakin meningkat sehingga produksi bisa meningkat tanpa harus menambah luasan lahan. Baca juga cara bercocok tanam dengan sistem jajar legowo
3. Tanam bibit dangkal
Bibit ditanam pada lahan sawah dengan kondisi air yang macak-macak / lahan tidak tergenang air. Penanaman dilakukan secara hati-hati dengan cara diselipkan. Jika bibit ditanam tidak dengan cara diselipkan kemungkinan besar akar akan tertekuk keatas. kondisi akar yang tertekuk ke atas menyebabkan tanaman memerlukan waktu kurang lebih 7hari untuk dapat tumbuh dengan baik. Akar bibit harus horisontal atau berbentuk huruf L. Bibit ditanam sedalam 1cm-2cm, setelah tanam tidak dilakukan pengairan hingga tanah agak retak.
4. Satu lubang satu tanaman
Bibit ditanam pada lahan sawah dengan satu lubang satu bibit sehingga diharapkan tidak terjadi persaingan dalam pemenuhan kebutuhan akan air dan hara pada saat tanaman mulai akan tumbuh. Selain itu dengan penanaman satu lubang satu tanaman akan diperoleh manfaat peningkatan jumlah anakan dan penghematan kebutuhan benih. Tetapi perlu juga diperhatikan untuk menyiapkan bibit sebagai sulaman. Untuk daerah-daerah yang endemik serangan keongmas bisa menanam lebih dari satu bibit maksimal 3 bibit satu lubang tanam dengan umur bibit yang lebih tua.
5. Pengairan berselang
Pengairan berselang memiliki 10 keuntungan :
1. Menghemat penggunaan air irigasi, sehingga areal yang bisa dialiri lebih luas
2. Memberikan kesempatan akar untuk tumbuh lebih bagus karena ada udara yang masuk ke dalam tanah lebih banyak. Akar yang berkembang lebih dalam akan menyerap unsur hara dan air yang lebih banyak pula.
3. Mencegah timbulnya keracunan besi pada tanah baru digunakan untuk budidaya lahan kering.
4. Mencegah penimbunan asam organik dan gas hidrogen sulfida yang menghambat perkembangan akar.
5. Mengaktifkan jasad renik (mikroba tanah yang bermanfaat)
6. Mengurangi kerebahan tanaman karena terlalu sukulen
7. Mengurangi jumlah anakan yang tidak produktif (tidak menghasilkan malai dan gabah).
8. Menyeragamkan pemasakan gabah dan mempercepat waktu panen
9. Memudahkan pembenaman pupuk ke dalam tanam (lapisan olah)
10. Memudahkan pengendalian hama keong mas, mengurangi penyebaran hama wereng cekelat dan penggerek batang.

Teknis penerapan pengairan berselang ini adalah:

  •  Pada saat tanaman berumur 3HST (hari setelah tanam) petakan sawah dialiri dengan tinggi genangan 5cmdan selama 2 hari berikutnya tidak ada penambahan air sampai kondisi air di petakan habis dan tanah mengering sedikit retak.
  • Heri ke 4 (7HST) petakan sawah dialiri kembali hingga genangan air setinggi 5cm dan tidak ada penambahan air sampai kondisi air di patakan habis dan tanam mengering agak sedikir retak.
  • cara ini dilakukan terus sampai fase anakan maksimal.
  • Pada saat mulai fase pembentukan malai (bunting) sampai pengisian biji petakan sawah digenangi terus. Petakan dikeringkan kembali saat 10-15 Hari sebelum panen.
Pada tanah yang cepat menyerap air atau berpasir selang waktu pengairan harus diperpendek. Apabila ketersediaan air pada satu musim tanam tidak mencukupi selang waktu pengairan dapat diperpanjang hingga 5 hari. Kelemahan cara ini adalah : pengamatan yang cermat dan teliti sebab jangan sampai tanaman mengalami kekeringan. Cara pengairan berselang hanya cocok diterapkan pada lahan dengan sistem pengairan irigasi, untuk lahan yang drainasenya tidak bagus (tanah sulit dikeringkan) dan tanah tadah hujan tidak layak diterapkan pengairan berselang.
6. Pemupukan berimbang
Dampak yang disebabkan oleh penggunaan bahan kimia dalam pengelolaan usahatani adalah degradasi lahan, jika penggunaanya tidak bijaksana. Oleh karena itu perlu adanya penambahan unsur organik di dalam lahan pertanian / sawah agar tanah tidak sakit. Tanah yang sakit menyebabkan terjadinya penurunan produksi, wlaupun dilakukan penambahan pupuk tidak akan meningkatkan hasil secara signifikan. tanah yang sakit tersebut juga akan menyebabkan pemborosan pupuk sehingga meningkatkan biaya produksi.
Manfaat penambahan bahan organik pada lahan :

  • Memperbaiki struktur tanah
  • Meningkatkan kesuburan biologi(sumber hara), kimia tanah
  • Meningkatkan aktifitas mikroorganisme tanah
  • Vigor dan kesehatan tanaman meningkat
Penambahan bahan organik dapat dengan cara pengomposan jerami sisa panen atau menggunakan pupuk kandang. Jerami merupakan sumber hara alami yang sangat murah, pembenaman jerami per Ton pada lahan sawah setara dengan N (+- 4-5Kg Urea/Ton) dan unsur K (+- 10Kg KCL/Ton). Sedangkan setiap Ton pupuk kandang mengandung setara dengan 12,5Kg Urea, 25 Kg SP36, 10 Kg KCL.
Pemupukan harus dilakukan spesifik lokasi maksudnya adalah untuk meningkatkan efisiensi pemupukan yang didasarkan pada kemampuan tanah menyediakan hara, kebutuhan tanaman, dan target produksi. Acuan utama adalah Peraturan Menteri Pertanian No.40/OT.140/4/2007 . Pemupukan urea juga harus mengacu pada Bagan Warna Daun (BWD).
Baca juga Pemupukan pada tanaman padi dan Pertanian organik

Minggu, 09 Agustus 2015

Cara Lain Membuat Pakan Dari Dedak Fermentasi

Cara Lain Membuat Pakan Dari Dedak Fermentasi
Keunggulan Pakan Fermentasi Dedak Amoniasi :
- meningkatkan kualitas protein
- meningkatkan produksi ternak broiler dan ayam kampung
- terbentuknya protein hewani dari hasil fermentasi yang memiliki asam amino yang lebih lengkap daripada protein dedak
- terbentuknya mikroorganisme Klebsiella sp. yang menghasilkan vitamin B12

Alat dan Bahan :
- dedak halus : 20 kg
- urea : 300 gram (maksimal 1,5% dari dedak halus)
- air sumur : 5 liter + air secukupnya
- kotoran sapi/kerbau (basah) : 1,5 kg (7,5% dari dedak halus)
- ember plastik
- timbangan
- sendok atau alat mencampur lainnya

CARA PEMBUATAN :
1. Larutkan urea dalam air
2. Campurkan dedak dengan kotoran ternak secara merata (Bahan 1)
3. Tambahkan sedikit demi sedikit larutan urea ke dalam Bahan 1, selanjutnya aduk rata
4. Campuran dikatakan sudah mengandung kadar air cukup, bila adonan dikepal selanjutnya diperas, tidak ada air yang keluar di sela-sela jari dan hasil kepalan bila dilepas tetap utuh, tidak pecah tapi bila disentil maka adonan akan terhambur
5. Masukkan adonan kedalam ember dan tutup dengan kantong plastik yang sudah dilobangi
6. Selanjutnya diikat pada bagian mulut ember dengan tali plastik atau karet
7. Lakukan fermentasi selama 2 minggu
8. Bila sudah terbentuk panas, maka tutup plastik dibuka, selanjutnya campuran diaduk rata dan setelah adonan dingin, ditutup kembali untuk melanjutkan proses fermentasi
9. Setiap terjadi panas, adonan diaduk dan kemudian proses fermentasi dilanjutkan sampai terbentuk belatung
10. Proses fermentasi dianggap selesai, bila belatung telah menjalar keluar dari ember
11. Fermentasi yang dilakukan merupakan semi aerob seperti pembuatan tempe kedelai
12. Hasil Fermentasi dapat langsung diberikan pada ternak ayam (buras/ras)

Amoniasi dedak pada dengan feses ayam/kotoran ternak (sapi/kerbau) mampu meningkatkan kualitas bahan karena menghasilkan belatung sebagai protein hewani yang memiliki komposisi asam amino essensial lebih baik dari kandungan asam amino dedak padi sendiri.
Peningkatan protein selain berasal dari belatung, juga berasal dari NPN (Non Protein Nitrogen) urea yang digunakan dalam proses amoniasi.

Manfaat Penggunaan buat :
- Ayam Petelur, meningkatkan besar telur, jumlah telur per periode lebih banyak, pertumbuhan anak lebih cepat dan lebih tahan thp penyakit, berat DOC lebih tinggi dari induk yg tidak mendapat dedak amoniasi, kondisi induk selama masa mengeram sehat dan bobot tidak mengalami penurunan
- Ayam Buras/Ras Pedaging, mampu meningkatkan protein sampai dua kali lipat dan penggunaan pada broiler sampai 20% dalam pakan dapat meningkatkan konsumsi pakan

Catatan :
- Bisa juga ditambahkan Rhizopus oligoporus (ragi tempe), hasil fermentasi menghasilkan vitamin B12
- Hasil fermentasi ini dapat meningkatkan protein kasar 6,7% menjadi 13,3 - 13,8%

Sumber : Prof. Dr. Ir. Laily Agustina, M.S.
"Buku Potensi Ayam Buras Indonesia"

Membuat Dedak Fermentasi

Membuat Dedak Fermentasi
Keunggulan Pakan Fermentasi Dedak Amoniasi :
- meningkatkan kualitas protein
- meningkatkan produksi ternak broiler dan ayam kampung
- terbentuknya protein hewani dari hasil fermentasi yang memiliki asam amino yang lebih lengkap daripada protein dedak
- terbentuknya mikroorganisme Klebsiella sp. yang menghasilkan vitamin B12

Sebelumnya kita simak dahulu perbedaan antara Dedak dan Bekatul

Katul

Biji bulir padi yang telah di pisahkan antara kulit luar atau sekam dari biji dalam atau istilah jawa wuloh biji padi berwarna merah kecoklatan. Setelah proses penggilingan di pabrik atau Selepan istilah jawanya, akan keluar 2 hasil yang terpisahkan, beras putih dan katul. Oleh karyawan selepan seringnya di namakan katul gilingan pertama. Nilai nutrisi :

Protein : 12 %
Energi Metabolisme : 1680 Kcal/kg
Lemak : 13 %
Serat Kasar : 12 %
Ca : 0,12 %
P : 1,5 %
Na : 0,07 %
K : 1,7 %
CL : 0,07 %
Mn : 200 ppm
Zn : 30 ppm

Dedak

Merupakan hasil samping dari pemisahan gabah/biji padi antara kulit sekam dan beras Wuloh, hasil sampingnya pecahan lembut dari kulit padi atau sekam. Hasil samping ini di campur dengan katul dengan perbandingan 70 : 30 katul hasilnya namanya Dedak.
protein : 9 – 10 %, energy metabolism 1300 Kcal/kg, dedak ini hanya cocok khusus untuk hewan ruminansia seperti kambing, domba, kerbau, sapi.

Bekatul

Atau lebih terkenal dengan nama katul separator yaitu limbah dari penggilingan beras yang sudah berwarna putih, biasanya berat massa lebih tinggi di banding katul. Bekatul ini warnanya cenderung putih dan masih banyak ikutan beras pecah. Bekatul dan katul cocok untuk campuran formula pakan


unggas seperti ayam dan itik bebek, dengan nilai nutrisi :

Protein : 12 %
Energi Metabolisme : 2850 Kcal/kg
Lemak : 12 %
Serat Kasar : 3 %
Ca : 0,04 %
P : 1,4 %
Na : 0,07 %
K : 1,1 %
CL : 0,07 %

FERMENTASI

Fermentasi merupakan proses pembiakan protein sel tunggal. Protein sel tunggal yang biasa di pakai adalah yang di produksi dengan media kultur cair missal : kefir, yoghurt, asam cuka. Sedang protein sel tunggal media subtract padat missal : oncom, tempe, tempe, kecap.

Tujuan awal fermentasi untuk meningkatkan nilai tercernak pakan, sehingga penyerapan nilai nutrisi pakan lebih optimal, yang pada akhirnya seharusnya produktivitas akan meningkat.

RAGI

Atau ada juga yang menyebutnya Laru, bibit atau biang jamur/kapang yang dipergunakan dalam fermentasi. Ragi tempe mengandung kapang Rhizopus orizae, yang pada pertumbuhannya mampu memecah susunan kimia protein komplek menjadi sederhana sehingga mudah di cerna.

Macam ragi yang biasa di gunakan, Rhizopus spec, Rhizopus oligosporus, Rhizopus ,champydosporus, Aspergillus niger, ragi tape atau mikro organism lain seperti EM 4, fermetan jerami atau yang lainnya lagi, karena sekarang banyak banget merk keluaran pabrik yang telah dijual bebas.

UREA

Urea di sini yang di maksudkan adalah urea yang sering di pakai buat pupuk tananman . Yang mana kandungannya 46 % adalah Nitrogen. Kenapa di pakai, untuk menjadi bom protein, bersama-sama dengan sisa subtract mineral, nitrogen urea dan sel-sel mikroba, beserta perombakan pati, meningkatkan nilai prosentase protein yang di namakan Protein Enrichment.

Yang perlu di perhatikan di sini, kebutuhan protein bangsa Unggas ayam dan bebek itik adalah protein yang berupa Asam Amino, kesepuluh asam amino komplit. Ini artinya penggunaan urea hanya di khususkan untuk hewan Ruminansia sapi, kerbau, kambing, domba. Yang mana dalam ke empat organ pencernakan banyak mengandung jutaan mikro organism yang membantu proses penyerapan nutrisi pakan.


Cara Pembuatan

Bahan :
1. Katul
2. Mineral unggas dan ruminansia
3. Urea bagi ruminansia, unggas tidak memerlukannya

Alat-alat :
1. Drum, ember, plastic untuk pemeraman
2. Dandang/ alat kukus di sesuaikan dengan yang di miliki

Langkah kerja :
1. Basahi katul dengan air buat “ pero “ saja, masukan dandang/alat kukus, masak 30 menit di hitung mulai airmendidih, hindari terlalu matang atau katul masukan ember kocori dengan air panas lalu aduk-aduk sampai merata, di buat “ pero “ juga.
2. Dinginkan katul, campur dengan urea 1 sendok the tiap 2 kg katul, mineral 1 sendok makan tiap 2 kg katul, ragi tape 1 butir tiap 4 kg katul. Kenapa di pakai ragi tape, karena harga murah…atau rekan rekan pingin tahu caranya buat ragi tape ? lain kali saja bahasnya ya………
3. Semua bahan di campur aduk sampai rata, lalu masukan dalam drum, ember atau plastic, tutup rapat udara ndak boleh masuk, 2 atau 3 hari, hasil terbaik 4 hari. Simpan di tempat teduh yang tidak terkena paparan sinar matahari.
4. Setelah jadi bisa langsung di berikan pada hewan ternak atau kalau ingin di simpan keringkan terlebih dahulu baru di kemas, jika pengeringan sempurna tahan hingga 2 bulan.selesai