Kamis, 15 Oktober 2015

TEKNOLOGI PENGELOLAAN AIR PADA PERTANIAN



Air sangat penting bagi kehidupan manusia, begitu juga pada bidang pertanian. Dalam budidaya tanaman jika air tidak tersedia akan menyebabkan tanaman tidak berproduksi/ mati. Unsur penting makro yang dibutuhkan tanaman untuk dalam jumlah banyak dapat hidup yaitu Air dan pupuk terutama unsure N P dan K. Sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan air bagi pertanian, hal yang penting adalah dengan mengelola sumberdaya air. Berikut adalah beberapa teknologi dalam mengelola sumberdaya air :
  1.     Teknologi panen hujan dan aliran permukaan
Teknologi panen hujan dan aliran permukaan adalah teknologi yang didasarkan atas penampungan kelebihan air pada musim hujan dan pemanfaatannya untuk musim kemarau. TeknologiPanen Hujan merupakan salah satu alternative teknologi pengelolaam air. Teknologi ini pada prinsipnya menyimpan dimusim hujan dan memasok air di musim kemarau. Beberapa teknologi panen hujan dan aliran permukaan yang dapat digunakan adalah teknologi embung dan  dam parit :
a.       Teknologi embung

Embung berfungsi sebagai tempat resapan air yang dapat meningkatkan kemampuan menyimpan air tanah, serta menyediakan air di musim kemarau. Beberapa keuntungan teknologi embung adalah :
1)      Menyimpan air yang berlimpah pada musim hujan, sehingga dapat mengurangi aliran permukaan, erosi dan bahaya banjir di daerah hilir;
2)      Air yang tertampung dapat dimanfaatkan pada saat musim kemarau;
3)      Dapat menunjang pengembangan usahatani di lahan kering khususnya sub sector tanaman pangan, perikanan, dan peternakan;
4)      Dapat menampung tanah tererosi sehingga memperkecil pendangkalan ke sungai.
Untuk menerapkan teknologi embung, perlu diperhatikan beberapa criteria dalam memilih lokasi embung, yaitu :
1)      Harus memeprtimbangkan jarak antara saluran air;
2)      Lahan dengan kemiringan 5-30%;
3)      Diutamakan dribuat pada tanah-tanah yang memiliki tekstur liat dan atau lempung.
b.      Teknologi dam parit
Teknologi dam parit adalah suatu cara untuk mengmpulkan / membendung aliran air pada suatu parit. Tujuannya untuk menampung aliran air permukaan. Airnya selain dapat digunakan untk mengaliri lahan di sekitarnya, juga dapat menurunkan kecepatan aliran air, erosi, dan sedimentasi.
Pada prinsipnya teknologi dam parit bertujuan untuk :
1)      Menurunkan debit puncak, yaitu masuknya jumlah air paling tinggi yang terjadi pada aliran. Dengan dibangunnya dam parit yang memotong aliran akan mengurangi kecepatan aliran parit;
2)      Memperpanjang waktu respon, yaitu memperpanjang selang waktu antara saaat curah hujan maksimum dengan debit maksimumnya. Dengan lamanya air tertahan dalam Daerah Aliran Sungai (DAS), maka sebagian air akan meresap ke dalam tanah untuk mengisi cadangan air tanah dan sebagian air dapat dialirkan ke lahan yang membutuhkan air/ lahan yang tidak pernah mendapatkan air irigasi melalui parit-parit.
Keuntungan pembangunan dam parit di antaranya adalah sebagai berikut :
1)      Dapat mengurangi resiko erosi tanah dan banjir di daerah hilir;
2)      Menekan resiko kekeringan ;
3)      Meningkatkan luas lahan yang dapat dibudidayakan;
4)      Meningkatkan intensitas, jenis dan pola tanam;
5)      Meningkatkan variasi pola penggunaan lahan (padi, sawah, ,palawija);
6)      Meningkatkan jenis komoditas yang diusahakan (padi, jagung, kedelai, kacang tanah, sayuran, dan buah-buahan);
7)      Meningkatkan produktivitas lahan dan pendapatan petani.
  1.      Teknologi Irigasi
a.       Sumur renteng
Sumur renteng adalah teknologi irigasi yang cocok dikembangkan pada tanah tekstur berpasir. Tanah jenis ini memeiliki kemampuan yang sangat tinggi sehingga tidak mampu menyimpan air dalam waktu lama. Prinsip sumur renteng adalah menampung air untuk irigasi dalam sebuah bak penampungan yang terhubung dengan bak penampungan lain melalui pipa di bawah tanah, persis dengan prinsip kerja benjana berhubungan. Manfaat dari sumur renteng yaitu :
1)      Efisiensi air karena irigasi cukup diberikan pada bak penampungan utama;
2)      Resiko kehilangan air selama pendistrribusian dapat diminimalkan karena irigasi dari bak penampungan dapat menjangkau zona perakaran tanaman secara langsung;
3)      Mengurangi tenaga kerja, terutama pada saat pengangkutan air dari sumber air utama ke lahan.
b.      Irigasi Kapiler
Irigasi kapiler ccok dikembangakan di daerah yang memiliki topografi terjal dan sumber air yang relative terbatas. Prinsip dasar irigasi kapiler adalah memanfaatkan air dari sumber mata air atau sungai yang disalurkan menuju bak penampungan secara grafitasi menggunakan pipa PVC. Dari bak penampungan, kemudian didistribusikan menggunakan selang plastik kapiler.
c.       Irigasi Tetes
Sistem irigasi tetes merupakan system untuk memasok air dan pupuk tersaring ke dalam tanah melalui suatu pemancar. Sistem irigasi tetes bekerja dengan mengalirkan air dengan debit kecil, stabil serta tekanan.
Air akan menyebar di tanah baik ke samping maupun ke bawah karena gaya kapiler dan grafitasi. Bentuk sebarannya tergantung jenis tanah, kelembapan, dan jenis tanaman. Jenis tanaman yang dialiri dengan irigasi tetes biasanya yang ditanam dalam barisan, umumnya berupa tanaman holtikultura dan sayur-sayuran.
Sistem irigasi tetes ini bekerja dengan baik pada panjang baris tanaman bervariasi anatara 40 meter hingga 150 meter dengan ukuran per plot berkisar antara 0.2 sampai dengan 1 Ha, bentuk lahan bujur sangkar ataupun persegi pada topografi datar dan seragam atau kemiringan 3% dan laju infiltrasi <20mm jam.="" span="">
Keuntungan irigasi tetes antara lain :
1)      Efisiensi sangat tinggi (penguapan rendah, tidak ada gerakan air di udara, tidak ada pembahasahan daun, aliran rendah, pengairan dibatasi disekitar tanaman pokok);
2)      Respon tanaman lebih baik sehingga produksi, kualitas, kan keseragaman produk;
3)      Tidak mengganggu aerasi tanah, dapat dipadu dengan unsure hara;
4)      Mengurangi perkembangan serangga, penyakit dan jamur;
5)      Lahan tidak terganggu karena pengolahan tanah, siraman, dll;
6)      Meningkatkan pengairan permukaan;
7)      Bias diletakkan di bawah mulsa plastic, bias diterapkan di daerah bergelombang.
Irigasi tetes bagi sebagian orang merupakan teknologi yang mahal, dan hanya diperuntukkan bagi tanaman yang bernilai ekonomi tinggi. Tetapi dewasa ini system irigasi tetes banyak diadaptasi dengan menggunakan bahan-bahan yang tersedian di sekitar petani.
d.      Irigasi macak-macak
Irigasi macak-macak adalah teknik pemberian air yang bertujua membasahi lahan hingga jenuh, tanpa perlu lahan tersebut tergenangi hingga mencapai ketinggian tertentu. Teknik irigasi macak-macak akan berpengaruh pada penggunaan air yang sangat efisien. Genangan dalam (10-15cm) seperti yang dilakukan petani pada umumnya dapat menyebabkan tingginya kehilangan air yang di dalamnya juga terlarut unsure hara, sehingga tingkat kehilangan hara juga menjadi tinggi.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian air irigasi macak-macak dan tidak secara terus-menerus (rotasi) hasilnya tidak berbeda nyata dengan genangan tinggi secara terus-menerus.
Efisiensi penggunaan air merupakan aspek penting berkenaan dengan upaya peningkatan nilai ekonomi produksi pertanian pada lahan beririgasi. Efisiensi penggunaan air pada lahan yang diirigasi secara macak-macak hamper 2-3kali lebih tinggi disbanding dengan lahan yang digenangi terus-menerus.
Penerapan teknologi macak-macak juga efektif untuk mengurangi serangan hama keong mas. Keong mas dapat bergerak cepat jika sebagian besar badannya berada di bawah permukaan air, namun sebaliknya sulit bergerak di tempat yang macak-macak.
e.      Teknologi irigasi curah
Mendistribusikan air dengan cara menyemprotkan air ke udara dan menjatuhkannya di sekitar tanaman seperti hujan. Penyemprotan dibuat dengan mengalirkan air bertekanan melalui orifice kecil atau nozzle. Tekanan biasanya dipadatkan dengan pemompaan dan untuk mendapatkan penyebaranair yang seragam diperlukan pemilihan ukuran nozzle, tekanan operasional, spasing sprinkler dan laju infiltrasi tanah yang sesuai.
Kesesuaian irigasi curah :
1)      Irigasi curah dapat digunakan hamper semua tanaman;
2)      Cocok pada hamper semua jenis tanah, kecuali untuk tanah bertekstur liat halus, dimana laju infiltrasi kurang dari 4 mm/ jam;
3)      Tidak cocok pada kondisi kecepatan angin lebih besar dari 13 km/ jam.
Keuntungan penerapan irigasi curah :
1)      Efisiensi dalam pemakaian air;
2)      Dapat digunakan untuk lahan dengan topografi bergelombang dan kedalaman tanah yang dangkal, tanpa diperlukan perataan lahan;
3)      Cocok untuk tanah berpasir di mana laju infiltrasi biasanya cukup tinggi;
4)      Aliran permukaan dapat dihindari sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya erosi;
5)      Pemupukan terlarut, herbisida dan fungisida dapat dilakukan bersama-sama dengan air irigasui;
6)      Biaya tenaga kerja untuk operasi biasanya lebih kecil daripada irigasi permukaan;
7)      Dengan tidak diperlukannya saluran terbuka, maka tidak banyak lahan yang tidak dapat ditanami;
8)      Tidak mengganggu operasi alat dan mesin pertanian
Berbagai factor pembatas penggunaan irigasi curah adalah :
1)      Kecepatan dan arah angin berpengaruh terhadap pola penyebaran air;
2)      Air irigasi harus cukup bersih bebas dari pasir dan kotoran lainnya;
3)      Investasi awal cukup tinggi;
4)      Diperlukan tenaga penggerak di mana tekanan air berkisar antara 0,5-10Kg/ cm2.
f.        Teknologi irigasi parit
Irigasi parit merupakan salah satu teknik irigasi lahan kering untuk tanaman palawija jagung, kedelai dan kacang tanah atau sayuran. Dibandingkan dengan irigasi konvensional (genangan) teknik ini membutuhkan air lebih efisien karena irigasi hanya disalurkan pada parit yang berada di samping baris tanaman. Parit berukuran lebar 35-40 cm pada bagian atas dan 15-20 cm pada bagian bawah dengan kedalaman 10-15 cm. Jarak antar parit anatara 80-100cm tergantung jarak tanam.
Sumber air irigasi parit dapat berasal dari saluran irigasi atau dari air tanah yang dinaikkan menggunakan pompa. Agar efisien, kebutuhan dosis irigasi dan interval pemberian irigasi harus mempertimbangkan karakteristik tekstur tanah, jenis dan tahap pertumbuhan tanaman, kedalaman perakaran, serta evapotranspirasi.
g.       Teknologi sumur resapan
Pembangunan sumur resapan dilakukan sebagai upaya mengantisipasi kekeringan. Teknologi ini merupakan salah satu kegiatan konservasi air sebagai upaya untuk meningkatkan valome air tanah di daerah pertanian dan uapaya penanggulangan dampak bencana alam kekeringan. Pembangunan sumur resapan dilakukan secara swakelola (padat karya) agar masyarakat mampu mengembangkan sumur resapan dan merasa memiliki sejak dini. Dalam pembuatan sumur resapan, penting memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1)      Bangunan sumur resapan terdiri dari :
-          Saluran air sebagai jalan untuk air yang akan dimasukkan ke dalam sumur;
-          Bak kontrol yang berfungsi untuk menyaring air sebelum masuk sumur resapan ;
-          Pipa pemasukan atau saluran air masuk. Ukurannya tergantung jumlah aliran permukaan yang akan masuk sumur resapan;
-          Sumur resapan;
-          Pipa pembuangan yang berfungsi sebagai saluran pembuangan jika air dalam sumur resapan sudah penuh.
2)      Beberapa kektentuan teknis untuk pembangunan :
-          Sumur resapan ditempatkan di daerah hulu/ atas kawasan sumur-sumur gali dan sumur bor yang dimanfaatkan untuk irigasi pertanian
-          Untuk menjaga pencemaran air kedalaman sumur resapan harus diatas kedalaman muka air tanah tidak tertekan yang ditandai oleh adanya mata air tanah;
-          Untuk mendapatkan jumlah air yang memadahi, kawasan sumur resapan minimal memiliki limpasan air yang cukup tinggi dan penempatan sumur adalah di dekat alur-alur limpasan (parit) untuk memudahkan pengambilan airnya;
-          Sebelum air hujan yang berupa aliran permukaan masuk ke dalam sumur melalui saluran air, sebaiknya dilakukan penyaringan air di bak kontrol terlebih dahulu;
-          Penyaringan ini dimaksudkan agar sampah dan kotoran tidak terbawa masuk ke sumur dan menyumbat pori-pori lapisan aquifer yang ada;
-          Untuk menahan tenaga kinetis air yang masuk melalui pipa pemasukan, dasar sumur yang berada di lapisan kedap air dapat diisi dengan batu belah atau ijuk;
-          Pada dinding sumur tepat di depan pipa pemasukan, dipasang pipa pengeluaran yang letaknya lebih rendah daripada pipa pemasukan untuk antisipasi manakala terjadi overflow/luapan air di dalam sumur. Bila tidak dilengkapi dengan pipa pengeluaran, air yang masuk ke sumur harus dapat diatur misalnya dengan sekat balok dan lain-lain. Diameter sumur bervariasi tergantung pada besarnya curah hujan , luas tangkapan air, konduktifitas hidrolika lapisan aquifer, tebal lapisan aquifer dan daya tampung lapisan aquifer. Pada umumnya diameter berkisar antara 1-1,5cm tergantung pada tingkat kelabilan/ kondisi lapisan tanah dan ketersediaan dana yang ada, dinding sumur dapat dilapisi pasangan batu bata, buis beton atau bahan-bahan spesifik lokasi yang kuat menahan tanah. Dinding sumur tersebut dibuat lubang-lubang agar air dapat meresap juga secara horisontal. Apabila struktur tanah kuat/tidak mudah longsor maka dinding tidak perlu dilapisi sampai dasar, tetapi cukup setinggi ±2 meter dari atas untuk menahan tutup sumur. Dengan konstruksi sederhana tersebut diharapkan jumlah sumur resapan yang dibangun lebih dari satu buah.
3)      Pelaksanaan konstruksi
a)      Saluran air
·         Adalah saluran ketika terjadi hujan dilewati aliran air permukaan, jadi merupakan alur-alur alami atau parit;
·         Lebar dan kedalaman saluran dibuat agar memudahkan air masuk ke bak kontrol;
·         Pada saluran ini dibuat saluran keluar menuju bak kontrol.
b)      Bak kontrol
·         Bak kontrol berfungsi untuk menyaring partikel-partikel debu dan sampah yang menyertai aliran permukaan agar tidak masuk ke dalam sumur resapan;
·         Lebar dan kedalaman bak kontrol disesuaikan dengan volume aliran permukaan yang masuk;
·         Bak kontrol diisi lapisan-lapisan, mulai dari bawah ke atas : kerikil, pasir kasar, pasir, dan ijuk;
·         Lapisan-lapisan ini tidak melebihi bahkan di bawah permukaan air dari saluran air
c)       Sumur resapan
·         Garis tengah (diameter) sumur antara 0,8-1,4 meter dan kedalaman di atas muka air tanah yang ditandai dengan adanya mata air;
·         Untuk memperkuat dinding sumur agar tidak longsor dapat diperkuat dengan pasangan batu bata/buis beton dan dibuat lubang-lubang agar air dapat juga meresap ke dalam tanah melalaui samping sumur;
·         Kedalaman pelapisan dinding yang disesuaikan dengan struktur tanah yang ada;
·         Untuk menghindari terjadinya gangguan atau kecelakaan, maka dinding sumur dipertinggi kira-kira 25-40cm dari permukaan tanah dan ditutup dengan papan atau coran.
h.      Irigasi berselang
                        Penjelasan irigasi berselang bisa di lihat pada 6 upaya peningkatan produksi padi


Daftar pustaka

Tabloid Sinar Tani Edisi 28 Desember 2011 - 3 januari 2012 No. 3437 tahun XLII

Tidak ada komentar:

Posting Komentar