Jumat, 30 Desember 2016

BUDIDAYA PADI SISTEM HAZTON


http://www.panoramio.com/photo/128983600

Teknik budidaya padi system haszton adalah teknik budidaya dengan maksud melakukan rekayasa rumpun padi dan jumlah tanaman dalam rumpun agar bisa bermalai semua. Berbeda dengan cara tanam padi SRI (System rice intensification) yang hanya menanam 1 lubang dengan 1 bibit dan usia muda, hazton menggunakan bibit usia tua dan di tanam dengan cara bergerombol, satu lubang bisa 20-30 bibit padi. Jika saya menggunakan perhitungan rekomendasi dari pemerintah sewaktu mensosialisasikan jajar legowo dengan penanaman bibit 1-3 bibit perlubang membutuhkan benih 25Kg/Ha. Maka dengan hazton kebutuhan benihnya akan meningkat menjadi 250Kg/Ha. Rekomendasi 25Kg/Ha itu saja jika di terapkan di lapang petani menyatakan masih kekurangan bibit, biasanya 30-35Kg/Ha baru cukup. Jika harga 5Kg benih Rp.50.000 maka biaya pembelian benih pada hazton mencapai Rp.2.500.000.
Inovasi ini sangat sulit di terapkan petani, proses adopsi inovasinya bisa memakan waktu yang sangat lama karena ada pilihan-pilihan inovasi dalam meningkatkan produktivitas yang lebih murah. Walaupun demikian informasi adanya inovasi ini perlu dipelajari karena ternyata di lapang terutama di wilayah desa saya banyak di temui bibit padi yang tersisa karena kelebihan dan hanya di buang, jika inovasi ini diterapkan maka petani bisa meningkatkan produksinya melalui pemanfaatan bibit yang terbuang tersebut. Keunggulan hazton jika di terapkan bisa menaikkan produktivitas 2 kali hingga 3 kali dari produktivitas biasanya. Ini mungkin benar juga karena tanaman semua rumpunnya memiliki malai, sehingga jika menanam 30 rumpun maka diharapkan akan mendapatkan 30 malai padi atau lebih.
Cara budidaya hazton yang perlu diperhatikan untuk mendapatkan hasil yang maksimal adalah sebagai berikut :
  1. Persemaian harus optimal, tidak boleh terlalu rapat. Untuk 1Kg benih disemai pada lahan 10-12m2 .
Persemaian yang rapat akan membuat bibit menjadi lembut, pertumbuhannya terhambat sehingga persemaian secara optimal di butuhkan. Tetapi karena jumlah benihnya yang lumayan banyak dan membutuhkan lahan yang luas pula maka jika persemaiannya di sawah akan memakan waktu yang sangat lama untuk mempersiapkan lahannya, bahkan bagian yang bisa diolah menggunakan traktor menjadi sangat kecil. Jika lahan diolah dengan traktor terlebih dahulu baru kemudian menyemai maka akan kehilangan banyak waktu sehingga waktu tanaman menjadi mundur. Dalam hal ini persiapan pembibitan perlu mendapat perhatian yang serius terutama pengolahan lahan untuk lokasi persemaian.   
  1. Lahan tempat persemaian harus di pupuk terlebih dahulu menggunakan pupuk kandang secara merata. Tanaman di imunisasi menggunakan pestisida sistemik atau jika ingin menerapkan pertanian organik bisa menggunakan agen hayati dari pupuk organik cair.
Pemberian pupuk kandang dapat menyburkan tanah dan membuat tanaman tumbuh dengan lebih baik. Pencegahan terhadap serangan hama dan penyakit dilakukan sejak dini dengan memberikan pestisida sistemik atau agen hayati bakteri-bakteri yang berasal dari pupuk organik cair. Dengan demikian tanaman akan tumbuh semakin baik.
  1. Bibit mulai di cabut/di pindah tanam pada umur 25-30 HST. Pencabutan beserta tanah yang menutupi akar dan tidak boleh dibersihkan, biarkan tanah tetap menempel pada akar bibit tersebut.
  2. Menanam bibit dengan cara bergerombol 20-30 bibit per lubang tanam
  3. Menggunakan jarak tanam renggang 30x25-40cm dengan jajar legowo 2:1 atau 4:1
  4. Pemupukan lebih banyak di awal tanam. Pemupukan awal sejak 3-7 HST, tidak menggunakan urea setelah ada anakan
  5. Menghindari pemupukan N berlebih dan menggunakan agen hayati untuk mengendalikan hama dan penyakit
  6. Mewaspadai adanya organism pengganggu tanaman / penyakit blas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar