Jumat, 23 Desember 2016

PENYEBAB PETANI SULIT MENERAPKAN JAJAR LEGOWO

penanaman padi dengan sistem jajar legowo 2 :1
Sistem tanam dengan cara jajar legowo memang secara penelitian dan praktek dengan tepat maampu meningkatkan produktivitas, tetapi keadaan berbeda di lingkup petani. Khususnya di daerah saya, pada awal pemerintah menyebar luaskan inovasi melalui program Upaya Khusus tahun 2015 banyak petani menerapkan sistem tanam jajar legowo, disamping karena adanya rangsangan berupa bantuan benih, pupuk dan upah tanam, petani banyak yang menanam karena adanya dalam tanda kutip setengah paksaan dari kelompok tani untuk ikut mensukseskan program swasembada pangan. Tetapi setelah 1 tahun berjalan banyak petani yang kembali ke pola tanam larikan atau bahkan labrakan. Walaupun demikian program pemerintah untuk menyebar luaskan inovasi sistem tanam jajar legowo tidak bisa dikatakan gagal, karena masih ada beberapa petani (memang tidak banyak) yang masih menerapkan sistem tanam jajar legowo, terutama tipe 2:1. Sebenarnya apa yang membuat petani meninggalkan sistem tanam jajar legowo? Tulisan saya ini saya peroleh dari wawancara dengan beberapa petani yang pada awalnya menerapkan jajar legowo kemudian kembali ke labrakan dan larikan lagi, buruh tanam, dan hasil pemikiran subyektif saya

1. Musim tanam mempengaruhi cara tanam.
Petani pada musim penghujan (musim tanam 1) tidak menyukai jajar legowo, alasannya karena intensitas cahaya matahari berkurang sehingga jarak tanam yang lebar malah merugikan. Petani menanam padi dengan sistem larikan/tegel dengan jarak tanam yang rapat atau bahkan hanya di labrak/acak.
2. Biaya tanam jajar legowo lebih banyak.
Biaya menanam jajar legowo lebih banyak karena jumlah rumpun meningkat, sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menanam. Selain itu kebutuhan benih juga bertambah
3. Buruh tanam lebih suka menanam larikan/acak.
Buruh tanam lebih suka menanam dengan cara larikan/acak karena lebih cepat, semakin cepat selesai semakin cepat pula berpindah lokasi.
4. Cara tanam jajar legowo yang salah
Banyak yang terjadi kesalahan dalam tanam jajar legowo yang berakibat fatal, yaitu tidak adanya tanaman sisipan. Sehingga jumlah rumpun tidak bertambah dibandingkan cara tanam larikan, bahkan karena kesalahan ini jumlah rumpunnya malah berkurang. Dampaknya adalah penurunan produktivitas. Petani biasanya mengukur produksi dengan satuan karung, karena jumlah rumpunnya berkurang tentu saja hasilnya juga berkurang, yang mengakibatkan petani tidak mau lagi menanam dengan cara jajar legowo.
5. Petani terbiasa menyiangi padi dua arah, sehingga menanam dengan larikan.
Ada yang tidak menyukai jajar legowo karena kelulitan dalam menyiangi padi, biasanya petani menyiangi dengan dua arah untuk memastikan gulmanya hilang, tetapi cara tanam jajar legowo hanya bisa satu arah saja.
6. Tidak suka menanam jajar legowo karena tanah sawahnya kurang subur.
Tanah merupakan faktor penting dalam budidaya, petani mengetahui dengan pasti kemampuan produksi tanah di wilayahnya masing-masing. Petani yang memiliki tanah kurang subur lebih suka menanam dengan larikan dan jaraknya rapat-rapat untuk meningkatkan hasil.
7. Merasa kurang nyaman dengan adanya ruang kosong yang banyak di tengah
Sistem tanam jajar legowo membuat adanya ruang kosong yang banyak, sebenarnya ruang kosong ini manfaatnya sangat banyak bagi peningkatan produktivitas jika tetap dibiarkan kosong. Tetapi petani yang masih sulit untuk menerima inovasi (dalam memutuskan menunggu petani lain dalam jumlah banyak) merasa sayang jika tempat kosong tersebut tidak ditanami, sehingga kembali ke cara tanam larikan
8. Tanahnya terlalu dalam, sehingga memilih cara tanam labrakan
Tanah yang dalam membuat buruh tanam kesulitan untuk menanam sehingga sering diambil jalan praktisnya penanaman secara labrakan atau cuma diacak.

Memang dalam penerapan suatu inovasi yang telah teruji keberhasilnnay tidak langsung bisa diterima oleh petani, memerlukan waktu bahkan mungkin sangat lama. Oleh karena itu perlu dilakukan pendampingan secara terus-menerus serta evaluasi dalam penerapan inovasi agar jika terjadi ketidak tepatan dalam penerapannya bisa segera dibenarkan sehingga inovasi cepat tersebar dan memberikan manfaat yang sesungguh-sungguhnya.    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar